Notification

×

Iklan

Iklan

Anak-anak di Huta Sampuran Bonandolok Naik Sampan Mesin ke Sekolah

26 Okt 2019 | 11:22 WIB Last Updated 2019-10-26T12:50:24Z
Charles Simarmata Kepada Wartawan Mengatakan Bahwa Anak-anak di Dusunnya Pergi ke Sekolah Naik Sampan Mesin Tempel dan Tidak Bertarung Nyawa
SIANJURMULA,GREENBERITA.com- Beberapa waktu yang lalu sebuah stasiun televisi nasional memberitakan bahwa Anak-anak Warga Dusun I Huta Sampuran Desa Bonandolok, Kecamatan Sianjurmula Kabupaten Samosir Sumatera Utara, ketika sekolah disebut harus mendayung sendiri sampan kayu setiap hari selama satu jam ke sekolah. Bahkan disebutkan tanpa pendamping kesekolah sehingga sangat berbahaya bagi anak-anak.

Pemberitaan viral ini disikapi beragam oleh beberapa pihak khususnya para jurnalis sehingga bersama beberapa media lainnya, greenberita.com beserta caleg terpilih DPRD Samosir Pantas Sinaga dan Polma Gurning melakukan liputan langsung kelokasi pemberitaan pada Jumat, (25/10/2019).

Setiba dilokasi yang berada di Pulau Sumatera dan harus ditempuh dengan kapal ini, greenberita.com bersama jurnalis lainnya berhasil mewancarai salah satu warga bernama Charles Simarmata (40), penduduk Huta Sampuran, Desa Bonandolok, Sianjurmula.

Menurutnya bahwa anak sekolah warga disana yang berjumlah delapan kepala keluarga, ketika sekolah memakai sampan mesintempel yang dipinjamkan setiap hari oleh Kepala Desa Bonandolok.

"Kebetulan kita disini nelayan dan meartao setiap hari. Jadi kita sekalian antarkan mereka naik sampan mesin kesekolahnya dengan waktu 10 menit kesekolah. Kadang kadang anak-anak tersebut memang bawa boat mesin itu sendiri," ujar Charles Simarmata.

Charles Simarmata juga menyangkal disebutkan anak-anak warga Sampuran pergi kesekolah bertarung nyawa. "Tidak (bertarung nyawa,red). Kita mendampingi mereka ke sekolah supaya aman, kalau cuaca tidak baik kita antarkan," tambah Charles.  

Pengakuan Charles Simarmata juga diamini Kepala Desa Bonandolok, Tumu Tortius Siboro ketika dijumpai greenberita.com disalah satu rumah warga di Desa Bonandolok.

"Benar, karena di Huta Sampuran tidak ada sekolah dan memerlukan kapal mesin tempel maka saya standbykan kapal mesin tempel saya disana yang dipegang oleh salah satu keluarga disana sehingga dapat dipakai anak-anak untuk pergi ke sekolah," ujar Siboro.

(gb-Ashunter)