![]() |
| TPL Serbu Tanah Adat, Warga Sihaporas Terluka dan Kehilangan Harta, (22/9) |
GREENBERITA.com- Tindak kekerasan kembali mencoreng relasi antara korporasi dan masyarakat adat di Simalungun. Konflik yang sudah lama membara antara PT Toba Pulp Lestari (TPL) dengan warga adat Sihaporas, Senin (22/9) pagi, pecah menjadi bentrokan terbuka di wilayah adat Buttu Pangaturan, Desa Sihaporas, Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun.
Menurut saksi mata, sekitar 150 pekerja dan sekuriti PT TPL diduga memaksa masuk ke lahan adat, berhadapan dengan 20 warga setempat. Ketegangan berakhir dengan kekerasan yang meninggalkan banyak korban luka serta kerusakan fasilitas.
"Ini saya sedang membawa seorang ibu yang mengalami luka robek di bagian mulut dan para korban lainnya ke Rumah Sakit Harapan untuk mendapatkan pengobatan segera," ujar Pastor Walden Sitanggang pemuka agama yang hadir di lokasi, (22/9).
Pastor Walden menjelaskan, konflik bermula sekitar pukul 08.00 WIB ketika ratusan pegawai TPL, termasuk buruh harian lepas, datang menanam paksa di lahan adat yang sudah turun-temurun digarap warga. Upaya dialog sempat dilakukan, namun kalah oleh desakan massa besar.
"Warga sempat berdialog dengan baik sembari menjaga lahannya, tapi ratusan pegawai TPL terus memaksa menanam dan dengan kekuatan besar dan tidak seimbang melakukan tindak kekerasan dengan memukuli warga yang sehingga jatuh 10 korban warga," jelasnya.
Tak hanya luka fisik, korban juga kehilangan harta benda. "Pondok, kendaraan dan HP warga untuk berteduh ketika bercocok tanam dibakar oleh TPL," ungkap Ambarita, salah satu korban pemukulan.
Beberapa saksi menyebutkan, kelompok TPL bahkan didampingi oknum preman bayaran yang membawa perlengkapan seperti helm, tameng, dan kayu panjang.
Atas insiden ini, Pastor Walden menyerukan keadilan. "Sebagai pemuka agama, saya menyatakan negara kita adalah negara hukum sehingga segala sesuatu berkaitan dengan konflik tidak boleh melalui tindak kekerasan, ini sudah tidak manusiawi lagi dan terjadi pelanggaran HAM, karenanya kami meminta Komisi XIII DPR RI segera membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta untuk menegakkan hukum dan kami berharap PT TPL segera ditutup karena sangat tidak manusiawi," tegasnya.
Kini, masyarakat adat Sihaporas masih bertahan di Buttu Pangaturan, meski dihantui ketakutan akan adanya serangan susulan. Sementara pekerja PT TPL dikabarkan masih bertahan di lokasi, membuat situasi tetap tegang dan belum menemukan titik penyelesaian.***(Gb-Ferndt01)






