![]() |
Keterangan : Vihara atau Kelenteng tertua di Sergai, Chou Kong Hian Tiang Seng Tie di Sei Rampah (photo greenberita/andye) |
GREENBERITA.com -- Perayaan Hari Raya Imlek Tahun 2025 ini identik dengan libur panjang, yang jatuh pada hari Rabu 29 Januari 2025. Sebelumnya didahului dengan libur Israk Mikraj (Senin 27/1/2025), kemudian libur bersama keesokan harinya pada Selasa (28/1/2025), dan kemudian jatuhlah perayaan Hari Raya Imlek yang umumnya dirayakan oleh etnis Tionghoa di Indonesia.
Etnis Tionghoa yang tercatat warga Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), sekitar 15.000 lebih atau sekitar 2% dari jumlah penduduk yang ada di Sergai.
Dari sekian puluh ribu warga Tionghoa itu, ribuan orang merantau ke luar negeri atau keluar dari daerah Sergai baik untuk bekerja atau melanjutkan pendidikan.
Nah, disaat perayaan hari raya Imlek ini mereka tentunya akan pulang kembali ke kampung halaman,untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara dan leluhur mereka yang ada di Sergai.
Guna merayakan hari raya Imlek, tentu saja Vihara atau Kelenteng untuk beribadah menjadi sasaran utama,dan umumnya Vihara atau Kelenteng yang sudah dikenal keluarga atau leluhur mereka.
Hasil penelusuran greenberita, Selasa 28 Januari 2025,tercatat Vihara atau Kelenteng yang Tertua yakni Vihara Chou Kong Hian Tiang Seng Tie yang berada di jalinsum Rampah Kiri,Desa Sei Rampah kecamatan Sei Rampah - Sergai.
Vihara atau Kelenteng ini diperkirakan sudah berusia 140 tahun, dimana sebelumnya banyak Tokoh terkenal etnis Tionghoa dari Sergai seperti Alm. Cun Huat, A Sun ( Junaidi), A Kie ( Kilang Padi) mantan Pengurus di vihara di Sei Rampah ini.
" Kelenteng ini diperkirakan ribuan orang akan datang untuk beribadah kemari, seperti tahun sebelum nya, kalau persiapan untuk itu seperti Hio dari Gaharu serta lilin,sudah disiapkan tergantung kepada warga yang akan sembahyang," ujar Kiyat salah seorang Pengurus Vihara atau Kelenteng Chou Kong Hian Tiang Seng Tie.
Dikatakan nya usia atau umur Kelenteng berdasarkan perkiraan dari catatan yang ada sekitar 140 tahun lalu telah berdiri.
"Tapi kepastiannya kapan berdiri, ini masih simpang siur karena arsip atau catatan Tempoe Doeloe sudah tidak ada lagi. Apalagi para sesepuh yang masih hidup, juga kurang mengetahui persisnya kapan didirikan. Saya saja bekerja disini sudah 25 tahun, juga belum mendapat informasi pastinya", jelas Kiyat kepada greenberita.
Selain di Sei Rampah, para warga Tionghoa yang berasal dari Pantai Cermin,tentunya akan melakukan ritual ke Vihara atau Kelenteng Dewi Kwan Im yang berada di Desa Pantai Cermin - Sergai,atau vihara lainnya yang ada di Pantai Cermin.
Di kecamatan Perbaungan dikenal banyak warga Tionghoa berdomisili disini, tentunya banyak Vihara juga berdiri di kota Perbaungan.
Salah satu yang banyak dikunjungi adalah Vihara atau Kelenteng Su Kong Bio/Ta Sheng Gong, yang berada di Desa Citaman Jernih.
Hasil amatan greenberita, semua Pengurus vihara atau Kelenteng yang ada, sejak dini sudah mempersiapkan warga yang datang untuk sembahyang baik itu berupa Hio atau Lilin. Nyaris semua Vihara atau Kelenteng dihiasi dengan pernak-pernik perayaan Imlek,yang didominasi warna merah.
( GB --andyeb13)