Notification

×

Iklan

Iklan

Akibat Virus Hog Cholera, 130 Ternak Babi Mati di Samosir

14 Nov 2019 | 18:47 WIB Last Updated 2019-11-14T13:43:47Z
Ternak Babi Mati di Desa Aek Sipitudai, Sianjurmula Akaibat Virus Hog Cholera
PANGURURAN,GREENBERITA.com- Akibat Virus Hog Cholera yang menimpa ternak babi menyebabkan ribuan ternak babi mati secara massal di 7 (tujuh) kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Dairi, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Karo, Deli Serdang dan Serdang Bedagai.

Ternyata belakangan ini virus itu juga telah menyerang ternak babi di Kabupaten Samosir khususnya di Kecamatan Pangururan, Simanindo, Harian, Palipi dan Sianjurmula. Akibat virus ini, menyebabkan kematian 130 ternak babi milik warga, yang terdiri dari 122 babi induk dan 8 babi anak.

Di Kecamatan Pangururan ada 33 ekor ternak yang mati, Kecamatan Harian 4 ekor mati,  Kecamatan Simanindo 1 ekor mati dan Kecamatan Palipi 4 ekor mati dan Kecamatan Sianjurmula 88 ekor. 

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Samosir, Victor Sitinjak membenarkan kematiaan ternak tersebut ketika dikonfirmasi greenberita.com pada Rabu, (13/11/2019) melalui selulernya.

"Benar, viris hog cholera telah masuk Samosir dan menyebabkan kematian ternak babi sebanyak 130 ekor. Karenanya kami menghimbau semua peternak dan pedagang ternak babi di Kabupaten Samosir untuk sementara tidak mendatangkan ternak babi dari luar Samosir sampai kejadian kasus penyakit pada ternak babi dapat diatasi," ujar Victor Sitinjak.

Menurutnya, penyakit ternak babi tidak menular kepada manusia dan aman untuk dikonsumsi.

Kedepannya, Dinas Pertanian dan Satpol-PP Samosir akan melakukan razia mengawasi dan melarang masuknya ternak babi ke Samosir dari luar Kabupaten Samosir. "Bagi peternak, bila ada babi yang sakit dan mati mendadak segera laporkan kepada petugas peternakan atau PPL setempat," tegasnya lagi.


Kadis Pertanian Samosir, Victor Sitinjak
Dinas Pertanian mengaku telah melakukan sosialisasi untuk selalu membersihkan kandang dengan menyemprotkan desimfektan minimal 1 x 2 hari.

Sementara itu, Staf KSPPM (Kelompok Study Pengembangan Prakarsa Masyarakat) wilayah Samosir Fredy Simanungkalit menghimbau kepada para petani untuk tidak membuang ternak babi yang mati ke sungai atau ke hutan.

"Kami menghimbau kepada seluruh peternak yang ternak babinya mati karena virus ini agar mengubur bangkai babi tersebut dengan kedalaman minimal 2 meter dan jangan membuangnya ke hutan, sungai apalagi ke Danau Toba untuk mencegah meluasnya virus tersebut," ujar Simanungkalit.

Sebelumnya, KSPPM bersama Serikat Tani Kabupaten Samosir (STKS) telah pernah beraudensi dengan Dinas Pertanian Samosir terkait pencegahan penyakit pada ternak. 

"Kami pernah meminta mereka untuk berkunjung ke kelompok tani guna melakukan vaksinasi dan pemberian vitamin pada semua ternak khususnya Babi. Kami tidak tau apakah itu dilakukan atau tidak, namun apa yang kami khawatirkan akhirnya terjadi pada ternak warga," pungkasnya.

(gb-andrey)