Notification

×

Iklan

Iklan

Water Front City Terpanjang di Indonesia Segera Terealisasi Di Samosir

11 Okt 2019 | 19:29 WIB Last Updated 2019-11-10T13:38:46Z
Tim Konsultan KSPN Kementrian PUPR Bersama Bupati dan Wabup Samosir Selepas Presentasi di Rumah Dinas Bupati Samosir, Kamis,(10/10/20190
SAMOSIR,GREENBERITA.com- Pasca kedatangan Presiden RI Jokowi ke Samosir beberapa waktu lalu, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI langsung menindaklanjuti intsruksi Presiden untuk melaksanakan pembangunan beberapa infrstruktur pariwisata di Samosir sebagai bagian dari Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN).

Salah satunya adalah pembangunan Water Front City Terpanjang di Indonesia dan dibangun diatas lahan 30 Hektar. Pembangunan Water Front City yang akan dibangun dengan konsep arsitektur batak dengan tema "Aek Natio; yang adalah Air dan Kehidupan ini direncanakan menelan biaya seratus lima miliar rupiah.

Hal ini terungkap dalam rapat dan pemaparan Tim konsultan Kementerian PUPR bersama Pemkab Samosir terkait pembahasan bersama Penyusunan Master Plan dan DED (Detail Engineering Design) KSPN Danau Toba Kabupaten Samosir, Kamis (10/10/2019) di ruang pertemuan Rumah Dinas Bupati Samosir,Sumatera Utara.

Didepan Bupati Samosir, Ketua Tim Konsultan Rully Harianto memaparkan secara detail mulai dari Konsep Arsitektur Batak dengan tema Pengembangan, Konsep Perancangan dan Program Perancangan 3 (tiga) lokus yang menjadi pengembangan destinasi wisata Water Front City serta Kawasan Wisata Panorama Tele dan Pantai Indah Situngkir.

"Secara umum konsep pengembangan ketiga destinasi wisata mengusung tema; “Aek Natio; Air dan kehidupan”, yang dalam hematnya tradisi batak sangat menghargai keberadaan Aek Natio (Air yang jernih, red) sebagai awal kebaikan dalam kehidupan jasmani. Pemilihan kata Aek Natio ini juga sebagai sebuah gerakan dan edukasi untuk semua pelaku wisata agar sama-sama menjaga kebersihan air Danau Toba sebagai kunci kesuksesan pariwisata di Samosir," ujar Rully Harianto.

Terkait Pengembangan Kawasan Wisata Panorama Tele, konsepnya akan dijadikan sebagai titik awal peziarahan “Tu Bona ni Pinasa” (asal muasal leluhur, red).Dari tempat ini wisatawan akan dapat melihat secara lengkap landskap Gunung Pusukbuhit, Danau Toba serta Vegetasi Hutan sebagai awal dari sejarah bangso batak. "Adapun beberapa revitalisasi dan pembangunan yang dilakukan untuk mendukung konsep pengembangan ini adalah Taman Parkir, Jembatan Pedestrian dan jaringan Pedestrian Skybridge, membangun panorama kuliner baru serta rerivitalisasi Menara Pandang Tele sebagai Pusat Informasi Geopark Kaldera Toba dan membangun Plaza Tarombo Batak sebagai asal usul masyarakat batak," tambah Rully.

Ditempat yang sama, Toni Pardamean Sianipar salah satu tim konsultan yang membidangi pariwisata budaya mengatakan bahwa Water Front City Pangururan pembangunannya akan mengusung konsep Kota Pariwisata Kelas Dunia. 

"Dan sebagai kota teras penerima wisatawan maka perencanaan desain harus diperkuat dengan identitas kota yang bertranformasi dalam arsitektur Batak modern sebagai simbol menyongsong peradaban batak di masa depan. Ada beberapa segmen pembangunan yang akan dilakukan di Water Front City Pangururan ini, antara lain Taman Baca Putri Lopian, Taman Budaya dan Plaza Aek Natio, Dermaga Wisata, Pusat Kuliner, Jaringan Pedestrian, Amphitheater dan lainnya," ujar Toni.

Toni yang juga mantan personil Trio Elva Singer ini mengatakan pembangunan segera dapat dibangun pada tahun 2019 sejak  Penyusunan Master Plan dan DED (Detail Engineering Design) KSPN Danau Toba selesai dibahas.

"Multi player efeknya mungkin tidak dapat dirasakan generasi sekarang. Mungkin single efeknya seperti uang parkir, hasil jual makanan terlalu cepat bila dikatakan efek ekonomi tapi harus yang berlanjut sehingga warganya benar-benar belajar paiwisata. Jadi efek multi player yang lebih luas akan dirasakan dalam jangka panjang, karenanya masyarakat sekitar harus disiapkan sehingga dapat menjaga semua aset yang telah dibangun," tegas Toni.

Dalam sambutannya, Bupati Samosir Rapidin Simbolon menjelaskan bahwa pengembangan KSPN Danau Toba di Kabupaten Samosir dibagi kedalam dua bagian besar, yaitu Kecamatan Simanindo dan Kecamatan Pangururan. Di Kecamatan Simanindo ada beberapa penataan dan pengembangan yang saat ini juga sedang dikerjakan oleh konsultan lain, yaitu Pembangunan Water Front City Tomok, Penataan Huta Siallagan dan Kampung Ulos. Sedangkan untuk Kecamatan Pangururan adalah Water Front City Pangururan dan Pantai Indah Situngkir.

"Konsep nya sudah tertuang dalam Integrate Tourism Masterplan oleh Kementerian PUPR, Kabupaten Samosir mendapat porsi yang paling besar. Tapi pengembangan destinasi wisata harus memperhatikan tiga aspek penting, yaitu Green, Nature dan Sustainable. Dan semangat pembangunan ini sudah sesuai dengan konsep pengembangan yang digaungkan oleh Unesco Global Geopark yakni konsep pengembangan kawasan dengan prinsip konservasi lingkungan dan pelestarian," pungkas Rapidin Simbolon.

(gb-pardo)