Notification

×

Iklan

Iklan

Intelijen Deteksi Ada Skenario Membuat Kekacauan pada 22 Mei 2019

20 Mei 2019 | 17:58 WIB Last Updated 2019-11-10T13:26:23Z
Ilustrasi senjata api | net
JAKARTA, GREENBERITA.com – Pemerintah melalui Intelizen mendeteksi ada kelompok tertentu yang ingin membuat kekacauan saat KPU mengumumkan hasil Pemilu pada Rabu 22 Mei 2019. Selain itu, ada upaya penyelundupan senjata untuk mendukung skenario mereka.

“Intelijen kita sudah menangkap adanya upaya menyelundupkan senjata dalam rangka itu. Nah, jadi bukti-bukti itu sudah nyata, untuk itu kita harus sampaikan terbuka pada masyarakat agar mengurungkan niatnya untuk berkumpul,” kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin (20/5/2019) seperti melansir dari okezone.com.

Mantan Panglima TNI itu menduga motif pelaku menyelundupkan untuk membuat isu seolah-olah ada penembak jitu atau sniper yang di tempatkan di gedung-gedung dan narasi itu sudah diciptakan.

“Ya motifnya kita kan merangkai, dari awal sudah mulai diciptakan ada penembak sniper di gedung-gedung ya kan. Itu semua penciptaan kondisi, ujung-ujungnya kita tangkap senjata yang kebetulan dengan perlengkapan peredam, berikutnya ada senjata yang tidak menggunakan pisir (alat bidik) sehingga itu harus menggunakan teleskop,” kata Moeldoko.

“Itu untuk apa itu? Itu untuk senjata yang sudah disiapkan snipper. Yang begini-begini saya harus katakan terang benderang pada publik agar publik paham," tambahnya.

Menurutnya ada kemungkinan isu itu dibuat bagian dari adu domba pada 22 Mei dengan menuduh pemerintah sebagai pelaku dan TNI-Polri sebagai korban.

“Sangat mungkin (upaya adu domba). Tuduhannya, ujung-ujungnya adalah pemerintah. Ujung-ujungnya TNI-Polri menjadi korban tuduhan. Gitu,” ujar Moeldoko.

Atas dasar itulah, maka TNI dan Polri yang dikerahkan untuk pengamanan aksi massa pada 22 Mei disepakati tidak membawa peluru tajam.

“Kami rapat di Menko Polhukam menyepakati hindarkan TNI-Polri dari senjata amunisi tajam. Enggak ada lagi sekarang amunisi tajam itu, dilarang. Berikutnya kita menghindari kontak langsung dengan massa. Secara taktikal kita sudah susun dengan baik, sehingga kita sangat berharap enggak ada lagi TNI-Polri jadi korban dari sebuah skenario yang disiapkan,” katanya.

Moeldoko mengatakan ada 28 ribu aparat gabungan TNI-Polri yang dikerahkan untuk mengamankan hari saat KPU mengumumkan hasil Pemilu pada 22 Mei nanti.

“Masyarakat enggak perlu takut. Tetapi kita juga mengimbau masyarakat tidak perlu kumpul," pungkasnya. (Okz/G5)