Notification

×

Iklan

Iklan

Bohemian Rhapsody Menempati Posisi Puncak Box Office

7 Nov 2018 | 11:26 WIB Last Updated 2019-11-10T13:46:23Z
Add caption
Green Berita (New York) - Film Bohemian Rhapsody meraih sukses besar. Film biopik tentang band legendaris Queen itu memuncaki peringkat box office setelah dirilis 2 November lalu.

Kurang dari sepekan, film garapan sutradara Bryan Singer itu meraup USD51 juta (Rp762,7 miliar, kurs Rp14.947 per dolar) di Amerika Utara dan total USD141,7 juta di seluruh dunia. Capaian tersebut merupakan pembukaan yang bagus untuk film biopik dan membayar perjuangan 20th Century Fox yang menghabiskan dana produksi USD52 juta (Rp779 miliar).

Bohemian Rhapsody awalnya diproyeksikan hanya akan sukses melakukan penjualan sekitar USD35 juta (Rp524 miliar) pada tahap awal pembukaan. Penjualan itu baru dihitung sampai Minggu (4/11) dengan rincian, USD50 juta di Amerika Serikat (AS) dan Kanada serta USD91,7 juta di benua lain.

Di AS dan Kanada, Bohemian Rhapsody dirilis berbarengan dengan film fantasi The Nutcracker and the Four Realms dan Nobody’s Fool yang diproyeksikan terjual USD26-30 juta. Pada hari pertama rilis di AS, tiket Bohemian Rhapsody terjual USD18,4 juta, termasuk USD3,9 juta dari preview.

Memasuki akhir pekan yang menjadi hari libur sekolah dan kerja, film itu terjual hingga USD51 juta dan menjadi film biopik musikal kedua terbaik setelah Straight Outta Compton (USD60,2 juta pada Agustus 2015).

Bohemian Rhapsody dirilis lebih awal di Inggris, yakni pada 24 Oktober dengan awal penjualan 1,62 juta poundsterling (Rp31,57 miliar, kurs Rp19.487 per poundsterling) dari 575 bioskop atau 2.817 poundsterling atau sekitar Rp54,89 juta, per layar lebar.

Penjualannya meningkat menjadi 9,6 juta poundsterling (Rp186,9 miliar) dalam sepekan. Memasuki pekan kedua di pasar internasional, Bohemian Rhapsody terjual USD72,5 juta, termasuk USD7,4 juta dari luar Inggris seperti Prancis (USD7,7 juta), Meksiko (USD5,8 juta), Jerman (USD5,7 juta), dan Australia (USD5,7 juta).

Film itu tidak hanya kebanjiran penonton, tapi juga kritik, baik positif maupun negatif. Film yang menitikberatkan cerita pada kehidupan vokalis Queen, Freddie Mercury, tersebut mendapatkan kenaikan nilai menjadi sebesar 60% dari 251 review di Rotten Tomatoes , situs agregasi-review film yang biasanya menjadi wadah para kritikus film dari seluruh dunia.

Sepekan sebelumnya, nilai film drama itu hanya sekitar 53%. Kualitas akting yang ditunjukkan Rami Malek (pemeran Freddie Mercury) menjadi titik terkuat film itu di mata kritikus. Dia bahkan digadang-gadang sebagai kandidat terkuat peraih Oscar.

Penjiwaannya penuh emosional, baik saat memperagakan gaya Mercury bernyanyi di Stadion Wembley hingga setelah tahu dirinya terjangkit AIDS/HIV. Para kritikus juga menilai, angka penjualan fantastis Bohemian Rhapsody bersumber dari fansbase setia Queen yang ada di seluruh dunia. Meski meraih puncak popularitas pada era 1970 hingga 1990-an, Queen sukses menembus zaman dan menarik fans sampai zaman sekarang.

Penjualan album Queenrata-rataantara150-300 juta kopi. “Penjualan filmnya juga di luar perkiraan dan ini membuktikan selera masyarakat untuk menonton film bangkit dari sisi emosional mengingat Queen merupakan band legendaris, tak peduli apa pun yang dikatakan kritikus,” ujar analis media dari comScore, Paul Dergarabedian, dikutip cnn.com.

“Fans Queen besar,” tambahnya. Hingga Senin (5/11), di situs Metacritic, Bohemian Rhapsody mendapatkan nilai rata-rata 49 dari 100 dengan jumlah kritikus 45 orang. Jajak pendapat yang dilakukan CinemaScore juga menunjuk kan rata-rata taraf “A” dari skala A+ sampai F, sedangkan PostTrak melaporkan para penyuka film rata-rata memberikan nilai positif 88%.

“Rami Malek melakukan tugasnya dengan baik saat memainkan peran utama. Sutradara Bryan Singer juga mencoba menayangkan biopik Queen ini dengan seautentik mungkin,” kata kritikus film Owen Gleiberman, dilansir variety .com.

Kritikus lainnya, Craig McLean juga mengaku terhibur dan terpesona dengan film ini. Namun, kritikus pop dan rock, Alexis Petridis, menilai Bohemian Rhapsody buruk karena terlalu menggambarkan Mercury sebagai orang bersih. Kritikus film Steve Rose juga menilai kurangnya pelajaran moral dari film itu. Sementara David Ehrlich memberikan nilai “D+” karena sejarah dan kebenaran telah dibiaskan.

“Musik Queen mungkin tak tertandingi, tapi filmnya basi dan terlalu textbook. Kisahnya mengikuti sejarah revisionis yang hanya mementingkan kepentingan pribadi di mana legenda selalu dikedepankan dibanding kebenaran, sekalipun kebenaran jauh lebih menarik,” kata Ehrlich.
Kendati demikian, dia tak menampik Malek tampil apik di film berdurasi dua jam 16 menit itu. Bryan Singer menulis di dailyuw.com,melalui Bohemian Rhapsody, dia ingin menegaskan kesuksesan dapat diraih melalui kerja keras dan pantang menyerah.

Dia juga menilai Malek sebagai orang yang tepat menjadi Mercury, baik dari segi penampilan ataupun cara berbicara, meski berasal dari Mesir dan bukan orang Parsi.

Aktor-aktor lain yang memerankan John Deacon (basis), Brian May (pemain gitaris), dan Roger Taylor (drum) juga dipilih dengan ketat dan memiliki wajah semirip mungkin. Semua kostum yang mereka pakai diproduksi ulang dengan detail sempurna. Singer menyadari film selegen daris ini harus memiliki arah dan mewakili iklim sosial terkini.

“Bohemian Rhapsody merefleksikan perjuangan dalam mencari dan mengungkapkan seksualitas,” kata Singer. “Di samping godaan dari narkoba, bintang rock Mercury juga berjuang dengan godaan setan didalamhatinya. Diamen dekati beberapa laki-laki, tapi sebenarnya masih belum tahu jati dirinya sendiri,” sambungnya.
Bohemian Rhapsody yang juga diambil dari nama lagu populer karya Mercury kembali membuat lagu-lagu Queen diputar di berbagai penyedia layanan streaming musik, termasuk Spotify. Film itu membangkitkan kejayaan sang legendaris yang pernah menjadi inspirasi pemusik di dunia. Keberadaannya seakan-akan telah hidup kembali.(Sindo)