Notification

×

Iklan

Iklan

Video: Dukung Wisata Samosir, Mayjend Sumiharjo Pakpahan Bicara Perbaikan Karakter Masyarakat

15 Jan 2023 | 16:18 WIB Last Updated 2023-01-15T09:22:43Z



GREENBERITA.com- Dalam kunjungan nya ke Samosir, Mayjend TNI Purn Sumiharjo Pakpahan bicara perlunya perbaikan karakter masyarakat untuk menyambut para wisatawan yang bersiap menikmati keindahan alam Danau Toba.


Sang jenderal bintang 2 ini meminta Pemkab Samosir melalui dinas terkait dengan rutin melakukan sosialisasi keramahan menyambut wisatawan sehingga karakter pelaku wisata yang baik itu pun terbentuk.


Kisah Hidup Mayjend Sumiharjo Pakpahan 


Sang jenderal bintang 2 ini lahir 61 tahun yang lalu, persisnya 3 Juni 1958, di Kota Pematangsiantar (Siantar), Provinsi Sumatera Utara.


Ia terlahir dari keluarga susah, bila “dilihat” kemampuan ekonomi keluarganya dimasa itu.


Namun kini, dan sejak puluhan tahun yang lalu, ia berhasil keluar dari himpitan ekonomi. Bahkan ia berhasil menjadi orang yang sukses berkarir di lembaga Tentara Nasional Indonesia (TNI), dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal (Mayjen) TNI.


Kini ia sedang menikmati masa pensiunnya, dengan berbagai kewisgiatan sosial, dan kegiatan membangun kepedulian terhadap ekonomi kreatif. Salah satunya di kota kelahirannya.


Sumiharjo kecil, awalnya bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Siantar Sawah (kawasan Simpang Dua). Lalu, saat duduk dikelas tiga, ia dipindahkan orang tuanya ke SD Negeri 32 Parluasan.


Tamat dari SD Negeri 32, Sumiharjo masuk SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri 1 Kota Siantar di Jalan Merdeka. Setelah tiga tahun di SMP Negeri 1, Sumiharjo-pun berubah menjadi seorang pria remaja.


Diusianya yang masih remaja, Sumiharjo Pakpahan telah berpikir untuk merubah derita hidup yang ia hadapi bersama keluarganya. Lalu iapun menyampaikan pemikirannya itu kepada ibunya, boru Simanungkalit.


Saat itu, kepada ibu kandungnya, ia mengatakan, kalau dirinya ingin merubah kesusahan ekonomi keluarganya dengan suatu keberanian dan tekad yang sungguh-sungguh.


Meski saat itu, ibunya mempertanyakan hal apa yang bisa dibuat seorang Sumiharjo yang kurus ceking, yang terkadang makan, dan terkadang tidak makan. Saat itu ia menjawab, kalau dirinya harus masuk sekolah unggulan.


Beranjak dari percakapan itu, Sumiharjo-pun berhasil masuk sekolah unggulan ketika itu di Kota Siantar. Yakni, ia diterima di Sekolah Teknik Menengah (STM) HKBP.


Sedikit ia ceritakan, untuk menjadi siswa di STM HKBP itu cukup sulit. Karena guru-gurunya berasal dari Jerman. Jumlah siswa di sana pun tidak banyak. Hanya 30 orang siswa.


Pasca menuntaskan jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dari STM HKBP Siantar, Desember tahun 1976, kembali Sumiharjo bercerita dengan ibu kandungnya, tentang niatnya untuk merantau.


Kepada ibunya ia bertanya tentang keberadaan dana yang dimiliki ibunya. Lalu ibunya mengatakan, kalau ia memiliki uang Rp 40 ribu. Berbekal dana puluhan ribu dari ibunya, Sumiharjo merantau ke Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.


Dari kota perantauan inilah, rekam jejak Sumiharjo berubah. Pasalnya, dari Kota Palembang-lah ia mencoba Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri), saat ini Akmil (Akademi Militer).


Meski pernah gagal, namun tak membuat pria berkumis tebal ini putus asa. Ia kembali mencoba untuk yang kedua kalinya. Dari usaha dan kerja kerasnya, Sumiharjo-pun diterima sebagai taruna Akabri di Magelang.


Di Akabri, Sumiharjo memilih matra TNI Angkatan Darat (AD). Keluar dari Magelang, Sumiharjo mudah menjadi prajurit TNI dengan pangkat Letnan Dua (Letda).


Ia-pun berkarir di lembaga TNI, hingga akhirnya pensiun dengan pangkat Mayor Jenderal TNI. Sedangkan jabatan terakhir yang dipercayakan negara kepadanya, Deputi Inteligen Luar Negeri pada Badan Inteligen Negara (BIN).


Bagaimana pernyataan lengkap Mayjend TNI Purn Sumiharjo Pakpahan ini, simak selengkapnya di YouTube Channel GreenberitaTv berikut ini,



#samosir
#news
#samosir
#sumiharjopakpahan
#tni