Notification

×

Iklan

Iklan

Memang Cermin Tak Pernah Berbohong

19 Apr 2021 | 10:26 WIB Last Updated 2021-04-19T03:49:19Z


                                                 
Oleh Ria Gurning 

GREENBERITA.com - Keadaan manusia dengan ketampanan dan kecantikannya sering dijadikan alasan penilaian seseorang umumnya dari pada pandangan pertama. 


Kesan pertama yang di dapat bisa berubah pada kesan kedua dan seterusnya. Penilaian bisa berbeda dari sudut mana kita melihatnya.


Keindahan fisik yang dilihat bukan menjamin bahwa tampilan itu bernilai kualitas tinggi. Wajah tampan atau rupa cantik hanya polesan dalam balutan topeng dibalik sosok pemilik. 


Penampilan fisik yang rupawan bukan menjadi ukuran kualitas karakter seseorang, pembentukan karakter yang dipengaruhi oleh lingkungan, tingkat sosial dan ragam pengalaman pribadi tercipta menjadi satu kesatuan inti ciri khas pribadi seseorang. 


Menilai seseorang secara plus minus, benar atau salah bukan sekedar melihat tampilan luar semata.


Sebelum melakukan penilaian ada baiknya mengolah informasi yang kita lihat, bukan memberi justifikasi dini dan menimbulkan riak kebencian tanpa dasar dengan asas iri dan dengki.


Iri hati dan kecemburuan menimbulkan gerutu yang tidak berkesudahan kemudian dapat menciptakan “malapetaka” diri sendiri. 


Kita tak usah risau dengan keberhasilan atau kemolekan seseorang. Peliharalah rasa optimis dan mau belajar untuk mengembangkan diri. 


Kemauan dan ambisi yang kuat untuk maju itu harus menjadikan komitmen tegas di dalam hati, niscaya komitmen yang dibalut dengan kebaikan akan memberi dampak yang baik bagi sekitar kita.


Kebaikan yang kita kerjakan serta iman kepada Tuhan menjadi nafas dalam mewarnai kehidupan. Kita tak perlu terlena dengan pujian dan sanjungan. Hanya kerjakan maksimal apa yang bisa kita perbuat. Kebaikan yang kita lakukan akan memberi pelangi bagi sekitar kita.


Menelusuri perjalanan hidup yang tidak selalu mulus dan penuh teka teki bahkan bertolak belakang dengan akal sehat manusia. Ketika manusia hanya mengandalkan pemikiran, kekuatan fisik dan ego tentu ini akan menjadikan kegagalan diri kita di masa depan. 


Bercermin dalam hati apakah ini yang menimbulkan ketidak berhasilan akan impian dan target disebabkan hanya tertuju pada diri sendiri tanpa mengindahkan pandangan luar yang akan memberi warna kebaikan bagi hidup manusia.


Penyebab diri kita hancur dan terbuang karena  ke-ego-an kita menganggap rendah orang lain. 


Seperti ada tertulis “Barangsiapa yang merendahkan hatinya, maka derajatnya akan ditinggikanNya”. 


Kesombongan dan sifat angkuh seringkali dipertontonkan tanpa disadari. Bila kita anggap itu adalah karena kehebatan dari hasil kita kerjakan, tentu alam akan menyeimbangkan sifat kita dengan ujian hidup yang akan hadir di depan mata tanpa direncanakan kedatangannya.


Ketika sifat merasa hebat ditunjukkan dalam diskusi dengan lawan bicara karena status sosial di atas daripada mereka dan alam akan menyeimbangkan kehebatan kita dengan wujud ujian hidup yang akan memaksa kita kembali menjadi seimbang.


 Apakah sanggup kita melewati ujian hidup itu? 


Baiklah, siapa yang sanggup melewati malapetaka dengan modal ego kehebatannya? 


Mendengar malapetaka mungkin membuat kita bergidik dan merasa ingin jauh dari ujian hidup tersebut. Tapi itulah alam sebagai tanganNya menetralisir yang telah dirancangNya untuk kembali kepada pola yang ditetapkanNya.


Kicauan burung memerdukan suaranya dipagi hari, begitu indah terdengar. Pujian manusia pada sesamanya terletak dari kedalaman jiwa dengan dasar ketulusan ataukah kepuraan , namun kita akan berangkat dari pemahaman akan pengalaman kita menerima pujian-pujian sebelumnya. 


Pujian sering kita dengarkan bahkan kritik keras pun bukanlah hal asing kita dengar.


Sebab itu kita tak perlu ambil pusing dengan pujian atau suara nyinyiran pedas. Rendahkan hati kita dengan kemurnian sikap yang tidak dibuat buat, maka ketika kita dipuji tidak merasa mendapat angin surga, atau ketika kita mendengar suara ketus, kudapan nyinyiran, bukan berarti anda berada di titik terbawah magma inti bumi. 


Jalani saja hidup ini dengan kemauan kuat, belajar, meski anda menerima banyak perkataan  tidak menyenangkan. Lakukan terbaik dalam hidup maka alam akan membantu keadaanmu yang tampaknya tidak sesuai dengan harapan doamu saat ini diputar menuju kebaikan yang akan diterima.


Jangan sering menoleh ke belakang, barisan kata yang keluar dari tangan memohon padaNya biarkan itu menjadi cerita rahasia antara dirimu dan Dia dibalik doa yang anda panjatkan.


Biarkan hatimu melihat meski mata memandang,ujilah dengan hati meski lidah mencecap rasa.


Kedamaian dan kesuksesan adalah hasil dari proses kerendahan hatimu dalam doa yang kamu panjatkan dan sebanyak usaha yang kamu jalankan.

Ingat, Rupamu adalah Rupaku..!

(Penulis adalah seorang pemerhati sosial dan wisata Samosir)