Notification

×

Iklan

Iklan

Renungan Khotbah Minggu: "Allah Itu Kekuatan Kita"

7 Feb 2021 | 08:17 WIB Last Updated 2021-02-07T11:30:28Z


Oleh Pdt Robinson Butarbutar (Ephorus HKBP)

Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus.

Jika kita bicara tentang iman kepercayaan manusia kepada Allah, biasanya ada empat kelompok yang mewakili manusia. Pertama, mereka yang tidak percaya akan adanya Allah. Mereka ini tidak pernah membicarakan tentang bagaimana kekuatan Allah di dalam hidup mereka. Bagi mereka, manusia sendirilah yang mengurus dirinya dan mengurus dunia ini. Mereka bersandar pada kepintaran dan kekuatan manusia. 

Kelompok kedua, yaitu mereka yang percaya kepada kekuatan allah-allah yang diciptakan manusia. Beda waktu dan tempatnya, beda pula allah yang mereka percayai. Di era Revolusi Industri keempat dan kelima yang sangat bergantung kepada penggunaan ilmu pengetahuan teknologi, teknologi itu sendiri pun dipahami sebagai pengganti Allah yang hidup itu. Karena teknologi itu sangat mempermudah hidup manusia, maka teknologi pun disembah sebagai allah.


Ketiga, ialah mereka yang percaya kepada Allah, tetapi tidak benar-benar yakin bahwa Allah yang Mahakuasa itu dapat memberikan kekuatan kepada manusia jika ia sungguh-sungguh percaya. Mereka percaya kepada Allah, tetapi hidup mereka tidak memperlihatkan buah dari kepercayaannya itu. Kelompok keempat, adalah orang-orang yang percaya akan kekuatan Allah. Mereka percaya bahwa Allah yang hidup dan yang tak pernah lelah itu mampu menopang kehidupan manusia yang sungguh-sungguh yakin akan Dia. Pada orang-orang seperti ini, kekuatan Allah tampak nyata meski hidupnya terasa berat, sakit, usia yang menua, sedih, bergumul, dan lain sebagainya.


Kelompok yang keempat inilah yang disampaikan Allah melalui nabi Yesaya kepada satu bangsa yang sudah layu dan terpuruk karena terbuang, bangsa yang merasa sudah ditinggalkan Allah. Namun, Allah tidak pernah meninggalkan mereka. Allah meneguhkan mereka agar jangan takut, sebaliknya, agar mereka percaya dengan sungguh-sungguh kepada Dia. Allah berkata: “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (ay.31). Ini tentu saja menjadi sebuah peneguhan yang sangat menguatkan bagi mereka yang sudah lesu dan layu karena merasa ditinggalkan.


Iman seperti ini tentu saja iman yang teguh dan dalam. Iman seperti ini bukan iman yang biasa-biasa saja. Pada orang-orang yang beriman teguh seperti inilah kekuataan Allah turun dan bekerja. Kita tentu ingat pengalaman Simson ketika melawan bangsa Filistin. Dalam keadaan yang sangat sakit dan menderita ia berseru kepada Allah: “Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, ya Allah, supaya dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua mataku itu kepada orang-orang Filistin.” Dengan kekuatan terakhir Simson merubuhkan rumah itu. Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak dari pada yang mati dibunuhnya pada waktu hidupnya. (Hak. 16:28, 30b).


Begitu juga dengan iman Rasul Paulus ketika dia dipenjara di kota Roma karena memberitakan Injil Kristus. Dia berkata: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil. 4:13). Pun ketika Paulus dalam keadaan sakit, setelah tiga kali ia meminta kesembuhan dari Tuhan, pada akhirnya dia sanggup menerima sakitnya sebagai cara Tuhan untuk memperlihatkan kuasa-Nya. Kepada jemaat Korintus ia mempersaksikan: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor. 12:9).


Saudara-saudara di dalam Kristus, situasi seperti yang dialami bangsa Israel di dalam teks kita ini mungkin dialami juga oleh bangsa lain atau oleh sekelompok orang, oleh satu-satu keluarga, dan bahkan oleh kita masing-masing. Kita sering merasa lemah dan layu. Kita membutuhkan topangan kekuatan Allah. Saya jadi teringat pengalaman spiritual saya pribadi di awal tahun 2005. Saya merasa sangat kelelahan kala itu karena padatnya aktivitas untuk membantu korban tsunami Aceh di akhir tahun 2004. Saat itu saya merasa sudah sangat kelelahan. Pada suatu hari, di rumah yang kami tempati di Medan, saya masuk ke dalam kamar perpustakaan. Di sana saya berdoa, memohon tambahan kekuatan dari Tuhan agar dapat meneruskan pekerjaan membantu korban tsunami. Setelah doa saya akhiri, saya merasakan adanya kekuatan yang baru yang diberikan Allah kepada saya. Saya semakin percaya akan kuasa-Nya.


Saya yakin, saudara-saudara sekalian pun pernah mengalami hal seperti itu, bahkan mungkin berkali-kali mengalaminya. Tetaplah bersandar pada kekuatan Allah, jangan pada kekuatanmu sendiri. Saya teringat seorang kenalan, seorang juara umum ketika lulus SMA. Karena merasa pintar, ia pun percaya diri penuh mengikuti ujian masuk ke perguruan tinggi favorit. Dia tidak mengandalkan Tuhan lewat doanya. Ternyata dia gagal. Kemudian dia sadar bahwa sepintar apa pun kita harus bersandar pada kuasa Tuhan. Pada ujian berikutnya, dia pun berhasil lulus.


Pertanyaannya, apa yang hendak disampaikan firman Allah hari ini kepada kita?


a) Apakah karena kita sudah semakin tidak yakin akan kuasa Allah yang tak            pernah lelah dan tak pernah lesu itu?


b) Atau, jangan-jangan dalam hidup kita saat ini kita sudah lebih bergantung            kepada makanan, minuman, dan vitamin-vitamin, atau hal-hal lain untuk              menguatkan kita ketimbang bergantung kepada kekuatan Allah yang begitu          pemurah dalam hidup kita?


Saudara-saudara terkasih, saya yakin tidak ada satu pun penduduk dunia ini yang tidak merasakan dampak negatif pandemi Covid-19 ini. Kita semua sepakat bahwa kita harus disiplin melaksanakan 5M untuk melawan penyebaran virus ini. Dan tentu saja, kita gembira bahwa bangsa kita sudah mulai memberikan vaksin ke kelompok-kelompok awal. Namun, saudara-saudara, di atas semuanya itu, jangan sampai lupa untuk yakin dan percaya akan kuasa dan kekuatan Allah dalam masa pandemi ini. 


Saat virus itu mungkin akhirnya menyerang tubuh kita, saat kita harus menjalani pengobatan, atau pun ketika menjaga diri kita agar tidak tertular virus itu, yakin dan percayalah pada kuasa Allah. Semakin yakin dan percaya juga kita dalam ragam perjuangan hidup kita, melawan yang jahat, melakukan yang baik, termasuk dalam melaksanakan program dan pelayanan Tahun Pemberdayaan HKBP 2021 ini, agar transformasi bisa terwujud, termasuk menyelamatkan Dana Pensiun HKBP. 

Tuhan Yesus menguatkan dan memampukan kita. Amin!