Notification

×

Iklan

Iklan

Satu Gereja Tertimbun Longsor dan Rumah Terendam Banjir di Parapat

13 Jul 2020 | 15:53 WIB Last Updated 2020-07-13T09:24:28Z
Sejumlah rumah yang terdampak banjir
PARAPAT, GREENBERITA.com || Hujan deras selama lebih kurang 5 jam yang melanda Kecamatan Girsang Sipangan Bolon sekitarnya, pada Sabtu (11/7/2020), membuat puluhan rumah terendam banjir. 

Pantauan di lapangan, rumah-rumah yang terendam banjir dengan ketinggian 50 centimeter berada di Jalan Angarajim, Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun. 

Selain itu, satu gereja yang berada di sekitar lokasi ibadah gereja juha tertimbun material batu. Banjir disebabkan meluapnya Sungai Batu Gaga Bangun Dolok dan Umbul mata air perbukitan Sitorutoru di Huta Swalan, Nagori Sibaganding. 

“Curah hujan cukup deras Sabtu (11/7/2020) malam, membuat puluhan rumah terendam air, juga mengakibatkan tebing longsor. Di Nagori Sibaganding, enam lokasi longsor hingha menutup jalan nasional, begitu juga di Huta Bangun Dolok,” Camat Eva Suryati Uliyarta Tambunan didampingi anggota Babinsa Koramil 11/ Parapat, Serda Asry, di lokasi, Minggu (12/7/2020). 

Khusus di Kelurahan Parapat, lanjut Camat Eva, ada 7 titik tebing longsor. “Bahkan satu gereja tertimbun batu padas,” imbuhnya. Eva juga menjelaskan, Muspika Girsang Sipangan Bolon sudah melakukan cek lokasi bencana alam dan selanjutnya berkoordinasi dengan dinas terkait di Pemkab Simalungun untuk penaganan serta antisipasi pencegahan. 

“Kita berharap warga tetap waspada mengantisipasi banjir susulan,” ujar Eva. 

Terpisah, Lurah Parapat, Rohana Sinaga mengatakan, curah hujan deras Sabtu malam, Sungai Batu Gaga Bangun Dolok meluap dan merendam rumah warga dengan ketinggian lebih kurang setengah meter.

“Rumah warga yang paling urgen nyaris longsor ada tiga, selebihnya banjir di Jalan Angarajim, Sedangkan perbukitan longsor ada tujuh titik di Huta Bangun Dolok. Syukur pada Tuhan, dalam bencana alam ini tak ada korban jiwa, hanya kerugian material atau barang rumah tangga,” jelas Rohana. 

Di lokasi berbeda, Pangulu Sibaganding, Martno Bakkara mengatakan saat hujan turun, umbul mata air perbukitan Sitorutoru Huta Swalan meluap. Akhirnya membawa material batu cadas dan bekas olahan kayu dari hutan. kemudian menerjang rumah warga dan Gereja HKBP Swalan. 

“Kerusakan rumah warga ada empat, satu tempat ibadah tertimbun batu, sedangkan tebing yang longsor di tepi jalan nasional lima titik,” papar Martno. 

Kepala Lingkungan 1 Kelurahan Parapat, Pak Bukit Silalahi mengatakan, bahwa luapan air Sungai Batu Gaga Bangun Dolok juga pernah terjadi pada 2018 lalu. Puluhan rumah warga banjir dan rusak di terjang air sungai. 

“Banjir ini merupakan kejadian kedua kali dalam waktu dua tahun ini, akibat curah hujan semalam, satu rumah warga nyaris roboh di bawa arus sungai, yaitu rumah marga Sitio, puluhan rumah lainya alami banjir dan masuk lumpur, ” paparnya yang dilansir dari Metro24jam.com .

Sementara itu, Kepling 3 Bangun Dolok, Ramces Sidabutar mengatakan, longsoran material batu dari tebing bukit yang menutup jalan umum ke Huta Bagun Dolok telah di bersikan warga secara bergotong-royong. 

“Tebing yang longsor di daerah ini ada 7 titik, kemudian menutup badan jalan ke perkampungan Bangun Dolok dan sudah dilakukan pembersihan timbunan material batu dan tanah oleh masyarakat. Hanya sebatas kendaraan roda dua bisa lewat, kalau roda empat belum bisa lewat. mudah -mudahan ibu camat bisa cepat menurunkan bantuan alat berat,” harap Ramces. 

Pantauan di lapangan, personel Unit Lantas Polsek Parapat dibantu Sat Lantas Polres Simalungun masih melakukan pengaturan di Jalinsum Huta Swalan. Buka tutup terpaksa dilakukan untuk mengantisipasi antrian panjang kendaraan. Sementara itu, material batu cadas akibat longsor masih terlihat menumpuk di bahu jalan dan masih tahap pembersihan menggunakan alat berat milik PT Toba Pulp Lestari (TPL).

(Gb/ars-rel)