Notification

×

Iklan

Iklan

Vandiko Gultom, Berawal Dari Keprihatinan Infrastruktur Samosir

7 Feb 2020 | 16:46 WIB Last Updated 2020-08-27T00:09:32Z
Vandiko Gultom, Satu dari 5 Sosok Milenial Pada Pilkada 2020 di Indonesia (photo edisikhusus.id)
GREENBERITA.com- Pembangunan infrastruktur yang lamban di Kabupaten Samosir membuat Vandiko Gultom “gerah”. Bagaimana bisa kabupaten yang dianugerahi kekayaan alam melimpah, memiliki Danau Toba yang kini dijadikan empat destinasi wisata superprioritas oleh pemerintah pusat, pembangunan infrastrukturnya tidak mengalami perbaikan dari tahun ke tahun. “Pembangunan infrastruktur di Samosir tidak bergerak cepat. Dengan background saya saat ini yang bekerja di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, saya bisa membuat pembangunan di Samosir lebih pesat ketimbang saat ini,” kata Vandiko kepada pada Kamis (23/1).
Mulanya tidak pernah terpikir oleh Vandiko untuk terjun ke dunia politik. Apalagi maju di kontestasi pemilihan kepala daerah. Pengalamannya selama tiga tahun di Kementerian PUPR sebagai bagian perencanaan dan koordinator wilayah, yang merancang dan mengawasi pembangunan infrastruktur di 38 kabupaten, membuat pria kelahiran tahun 1992 ini sadar bahwa kemajuan sebuah daerah tidak datang dari langit melainkan harus direncanakan dan dieksekusi oleh tangan-tangan terampil.
Dia juga menyaksikan, bagaimana kepala daerah di 38 kabupaten begitu visioner dan aktif berkoordinasi dengan pemerintah pusat, terutama Kementerian PUPR, untuk percepatan infrastruktur di wilayahnya. “Hasilnya, di 38 kabupaten yang saya awasi pembangunan infrastrukturnya begitu maju. Pesat. Dan saya miris ketika melihat pembangunan infrastruktur di daerah saya sendiri yang lamban. Itulah yang mendasari saya untuk pulang. Untuk membangun di kampung halaman sendiri,” katanya.
Sejak Oktober 2019 lalu, di tengah kesibukannya di Kementerian PUPR, Vandiko mulai aktif blusukan di Samosir. Ia menemui warga dari kampung ke kampung, juga melihat kondisi jalan, sekolah, hingga irigasi di sawah-sawah. Yang paling menyedihkan, kata Vandiko, warga banyak mengeluh kekeringan dan krisis air bersih padahal daerah ini punya danau terbesar di Asia.
“Sungguh ironi. Samosir yang punya danau terbesar di Indonesia, kok malah mengalami kekeringan dan mengalami krisis air bersih. Ini membuat saya tak bisa diam. Saya harus melakukan sesuatu. Tidak bisa hanya diam sementara banyak warga di kampung saya ini mengalami penderitaan, air saja krisis. Bagaimana kebutuhan yang lain?” katanya.
Vandiko juga tak melihat langkah-langkah nyata yang diambil oleh pemerintah setempat. Padahal, kekeringan ini sudah terjadi hampir tiap tahun sejak empat tahun lalu. Dampaknya juga sangat parah. Beberapa desa bahkan terancam gagal panen. Jika pemerintah daerah jeli dan peduli, kekeringan dan krisis air bersih ini tidak akan terjadi. Atau, setidaknya tidak akan terjadi sampai bertahun-tahun.
Kepada warga Vandiko mengatakan, kekeringan dan krisis air bersih itu bukan musibah yang tak bisa diatasi. Tidak ada yang tidak bisa. Syaratnya kepemimpinan, komitmen, dan kejelian melihat solusi. “Saya tawarkan kepada warga. Kita buat solusi. Misalnya, bangun infrastruktur pengairan, seperti saluran irigasi dan saluran air bersih. Saya di Kementerian PUPR sudah melihat bahwa membangun infrastruktur butuh komitmen dan kejelian seorang pemimpin,” kata Vandiko.

Membangun Infrastruktur
Kabupaten Samosir adalah kabupaten baru yang dimekarkan dari Kabupaten Toba Samosir pada 2003. Tujuan awal dari pemekaran ini adalah percepatan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera. Namun, 17 tahun kabupaten ini berdiri, percepatan pembangunan belum juga menunjukkan hasil memuaskan. Infrastruktur jalan belum mampu mendorong mobilitas warga karena kondisinya masih banyak yang memprihatinkan. Selain jalan, infrastruktur pengairan juga belum mampu memenuhi kebutuhan pertanian. Bahkan tidak sedikit sawah yang mengalami kekeringan.
Menurut Vandiko, 17 tahun bukan waktu yang sebentar. Kini sudah saatnya Samosir berubah. Harus ada perubahan mendasar dan itu dimulai dari perubahan kepemimpinan. “Pemimpin baru  harus mampu membuat Samosir baru. Samosir yang melakukan percepatan pembangunan. Saya anak muda punya energi di situ,” ujarnya.
Untuk melakukan percepatan pembangunan, Vandiko akan bersinergi dengan pemerintah pusat dan swasta. Menurutnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Samosir tidak besar. Pada 2020, bujet kabupaten itu tercatat Rp. 926.032 miliar. Dari jumlah itu, yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah adalah Rp. 71.993 miliar. Dengan kondisi APBD seperti itu, tidak mungkin semua kebutuhan pembangunan dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Untuk infrastruktur, misalnya, kata Vandiko, pemerintah daerah bisa mengajukan ke Kementerian PUPR. Syaratnya harus rasional dan jelas visinya. “Kalau dari APBD sangat disayangkan. Karena infrastruktur kan juga program pusat, Kementerian PUPR. Sifatnya kementerian kan nggak punya daerah. Mereka menunggu peran aktif daerah untuk meminta dan atau mengajukan.  Itulah yang saya tawarkan. Samosir tidak akan kekeringan dan krisis air bersih kalau pemerintahannya jeli,” ujar Vandiko.
Sinergi itu juga bisa dilakukan dalam peningkatan pariwisata. Samosir punya Danau Toba. Saat ini sudah masuk dalam superprioritas pemerintah pusat. Artinya, kata Vandiko, pusat sudah siap membangun Danau Toba, termasuk infrastruktur dan promosi yang dibutuhkan. Tetapi saat ini, Samosir tidak mampu memanfaatkan peluang yang diberikan pusat itu.
Sinergi itu bukan berarti hanya menunggu tetapi juga harus berperan aktif. Misalnya, memberikan masukan dan konsep yang menarik untuk membangun Danau Toba. Yang tak kalah pentingnya, kata Vandiko, bagaimana pariwisata Danau Toba benar-benar menjadi “milik” warga Samosir. Jumlah wisatawan banyak yang berkunjung ke Toba wilayah Samosir dan warga mendapatkan manfaat ekonomi dari sana.
“Saya tawarkan ini direvitalisasi. Agar go international. Tentu pelaku wisata di sini kita bina, kita latih. Agar bisa menarik wisatawan dengan baik,” ujarnya.
Sementara itu, APBD digunakan untuk penguatan ekonomi. Misalnya, program pupuk dan bibit gratis buat petani. Dibuatkan juga pasar untuk produk-produk yang dihasilkan petani dan nelayan. Juga produk ekonomi kreatif. Pasar itu, kata dia, disesuaikan dengan perkembangan zaman.
“Seperti kita tahu, sekarang sudah masuk era [Revolusi Industri] 4.0. Semua sudah serba teknologi. Dagang juga sudah dilakukan melalui kecanggihan teknologi. Ada pasar digital. Di situlah, saya sebagai anak muda, mengajak anak-anak muda Samosir untuk terlibat. Merancang inovasi untuk kemajuan bersama,” terang Vandiko.
Peran Kaum Muda
 Sejak mengutarakan niatnya maju di Pilkada 2020, dukungan kepada Vandiko terus berdatangan, terutama dari kalangan anak-anak muda. Mereka yang sebelumnya tidak peduli pada politik, mulai tertarik dengan apa yang ditawarkan Vandiko. Kebetulan, hanya Vandiko bakal calon bupati Samosir dari kalangan anak muda.
“Saat ini sudah bergejolak lagi semangat anak muda Samosir. Semangat mereka membuat saya optimis untuk terus melangkah. Tentu tidak hanya mereka, orang tua juga yang awalnya skeptis sudah menerima,” katanya.
Bagi anak muda yang masih berumur 27 tahun, maju di pilkada bukan perkara mudah. Kata Vandiko, saat pertama menyatakan niatnya untuk maju di Pilkada 2020, dirinya disepelekan. Banyak yang skeptis. Bahkan anak-anak muda juga belum yakin bahwa Vandiko serius maju dan bersaing dengan politisi-politisi senior.
“Tapi begitu saya turun, berbuat sesuatu, menawarkan gagasan dan visi, juga bantuan sosial. Saya sentuh hatinya. Saya jelaskan bahwa banyak yang bisa kami lakukan, akhirnya mereka menerima. Terlebih mereka melihat background saya di Kementerian PUPR. Mereka tambah yakin,” paparnya.
Saat ini, kata Vandiko, anak-anak muda mulai bergerak sendiri. Mereka berkolaborasi, membangun jaringan dan menyebarkan program-program yang disusun oleh Vandiko. Bukan tanpa alasan mereka mau bergerak untuk Vandiko. Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu dinilai membawa harapan bagi masa depan anak-anak muda Samosir.
Dalam program yang ditawarkan, Vandiko memang menjadikan pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu prioritas. “SDM ditingkatkan dengan memberikan beasiswa. Khusus putra-putri Samosir hingga S2 dan S3 sehingga tidak ada lagi anak putus sekolah dan merasa dibiarkan keluar daerah tanpa perhatian pemda. Dengan begitu, nanti, mereka akan timbul rasa memiliki. Untuk kembali ke kampung untuk membangun kampungnya,” papar Vandiko.
Tidak ada negara yang maju tanpa SDM andal, juga tidak ada daerah maju tanpa dukungan SDM yang andal. Vandiko menegaskan, SDM adalah dasar yang memastikan semua visinya bisa diwujudkan di Samosir. Dan untuk mengembangkan SDM, Vandiko mengajak anak-anak muda Samosir melangkah bersama. Karena anak-anak muda memberikan energi baru untuk Samosir baru. Katanya, “Untuk Samosir maju, anak-anak muda harus menjadi penggerak. Kepemimpinan Samosir harus digerakkan oleh anak muda yang cerdas, dan energik,” katanya.***
(Dikutip dari edisikhusus.id ; Penulis: Subairi Muzakki Editor: Dadi Krismatono)