Notification

×

Iklan

Iklan

Hidup Sebatang Kara, Nenek Kasih Hanya Mengharap Uluran Tangan

19 Jul 2019 | 10:07 WIB Last Updated 2019-07-19T03:07:01Z
MEDAN, GREENBERITA.com - Usia semankin lanjut, semakin melemah pula tubuh manusia. Bukan hanya kulit yang mengkerut, kekuatan fisik pun sudah tak lagi seprima dulu. Pada usia senja seperti itulah pada umumnya para orang tua membutuhkan banyak bantuan dari keluarga dan sanak saudara.

Sosok nenek Kasih yang sering disapa Bi’ Kasih berumur 80 tahun ini merupakan seorang wanita yang tinggal sebatang kara di sebuah gubuk yang sangat sederhana, terkadang tak jarang saat angin dan hujan masuk kedalam gubuk tersebut.

Kehidupan di usia senjanya tampak tidak bisa dinikmati dengan bebas oleh seorang sosok nenek Kasih yang sudah renta itu. Sebab, di penghujung usianya yang semakin redup, ia harus berjuang sendirian terombang-ambing kerasnya kehidupan. Ya sangat miris, dirinya yang didera kemiskinan dan hidup sebatang kara, mengundang rasa iba kita semua, terhadap kondisi nenek Kasih. Terkadang tak jarang, para tetangga dan Kepala lingkungan (Kepling) setempat yang membantu untuk kebutuhan hidupnya.

Nenek yang saat ini tinggal di lingkungan 14 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ini pun makan seadanya. Nenek Kasih lebih sering menunggu uluran tangan tetangganya untuk memenuhi keperluan makan dan minumnya.

Kepala lingkungan 14 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Abdul Wahab menuturkan kepada Poskotasumatera.com, Kamis (18/7/2019), bahwa Nenek Kasih yang sudah berumur 80 tahun tersebut, Ia hidup sebatang kara, sementara untuk kebutuhan sehari-hari dibantu Kepling dan para tetangga.

“Kalau melihat nenek ini kami turut prihatin. Karena selama ini kaami turut membantu kebutuhan dan menjaga kesehatan beliau selama ini,” ucap Kepling.

Lanjutnya, Abdul Wahab mengungkapkan bahwa gubuk yang dihuni nenek Kasih selama lima tahun terakhir sengaja dibangun diatas tanah miliknya itu, untuk membantu nenek Kasih.

“Saya sengaja membangunkan gubuk yang sederhana ini, agar Bi’ Kasih tidak lagi hidup di emperan rumah orang,” ungkapnya.

Namun, yang lebih mirisnya lagi, dikarenakan termakan usia, nenek Kasih tidak ingat lagi dari mana asal usulnya. Menurut Kepling, awalnya nenek Kasih berdua dengan anaknya yang memiliki keterbelakangan mental, namun karena kondisi kesehatan anaknya menurun dan akhirnya anak nenek Kasih pun  meninggal dunia dan di makamkan di lingkungan kami ini.

“Awalnya mereka berdua dan gak tau asal usulnya, karena mereka sempat seperti gelandangan.Setelah saya bangunkan gubuk untuk tempat tinggal mereka dan saya pun minta tolong ke Pemerintahan Kecamatan Medan Marelan untuk membantu tentang status mereka. Oleh karena itu kami sering memanggilnya Bi’ Kasih,” ujar Abdul Wahab.

Abdul Wahab mengatakan nenek Kasih hidup sendiri tanpa suami dan anak, membuat sosok nenek renta tersebut harus hidup sebatang kara.

Dari kondisi kehidupan yang dialami nenek Kasih, Abdul Wahab berharap adanya perhatian dan uluran dari berbagai pihak atau kalangan serta para dermawan untuk dapat membantu, agar senantiasa dapat  memperbaiki ataupun mempermudah beban kehidupan nenek Kasih.

“Sebelumnya, memang pernah dapat bantuan dari pemerintah, tapi akhir-akhir ini sudah gak ada lagi bantuan yang diterima oleh nek kasih, jadi hanya mengharapkan bantuan dari para tetangga,” tambahnya seperti dilansir dari poskotasumatera.com.

Sementara itu, Bhabinkamtibmas Polsek Medan Labuhan yang bertugas di Kelurahan Terjun, Aiptu Amril Andy menyampaikan rasa prihatinnya terhadap kondisi nenek Kasih.

“Saya juga turut prihatin dengan kondisi nek kasih, memang sebelumnya saya sudah saling berkoordinasi dengan kepala lingkungan tentang kelanjutan nenek ini. Memang sebelumnya pihak Kelurahan Terjun pun turut membantu, namun entah kenapa saat ini nek kasih gak dapat bantuan,” sebut Amril sembari berharap agar semua pihak bisa turut membantu nenek.(rel-marsht)