Notification

×

Iklan

Iklan

Sering Bilang “Dungu”, Ini Penilaian Budiman Sudjatmiko Terhadap Rocky Gerung

12 Mar 2019 | 10:20 WIB Last Updated 2019-11-10T13:59:00Z
Rocky Gerung
JAKARTA, GREENBERITA.com – Sebagai dosen ilmu Filsafat UI yang juga pengamat politik, namanya cukup populer,Rocky Gerung, lebih lebih setelah ia sering tampil di acara ILC (Indonesia Lawyer Club) tvOne.

Cara dia melontarkan kritikan kepada presiden Jokowi, dapat memukau dan manimbulkan decak kagum pendukung pasangan capres-cawapres 02.

Beberapa politisi yang biasanya kren dalam berdebat, seperti Akbar Faisal, Dr Ali Muchtar Ngabalin seakan-akan keok ketika beradu argumentasi dengan Rocky Gerung.

“Saya dulu kagum pada saudara, tapi setelah saya tahu bahwa saudara adalah profesor abal abal, ternyata suadara tidak ada apa apanya,” kata Akbar Faisal mulai menyerang pribadi Rocky satu kali ketika dia berdebat di acara ILC tvOne seperti dilansir dari Pilarbangsanews.com.

Rocky memang tidak pernah mengikuti pendidikan magister apalagi tingkat S3 (doktor), namun menurut kesaksian dosen UI, Rocky pernah jadi dosen untuk mahasiswa pasca sarjana.

Jika kita melihat orang dalam perdebatan, salah seorang muliai menyerang pribadi lawan debatnya, itu dapat dijadikan indikasi bahwa yang bersangkutan sudah mulai kepepet dan kehabisan bahan untuk melanjutkan debat.

Rocky sendiri juga sering mengatakan dungu kepada lawan debatnya.

TAK PANDAI BERDEBAT

Menurut politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko, Rocky yang sering bilang lawan debatnya dungu mengindikasi Rocky tidak bisa berdebat.

Lewat akun Twitternya Budiman Sudjatmiko mengatakan,
Rocky itu tidak bisa berdebat. Amati perilakunya di medsos atau TV. Jika dia berkata2 & saat ada argumen yang kontra padanya, dia balas dengan memaki. Setelah kentut lalu dia memaki orang yg menegurnya. Akal sehat? Iya bagi standar kampret.

Tak puas dengan cuitan itu, Budiman tambah lagi nge-tweet;
“Pendebat yg baik tdk buru2 mengakhiri perdebatan setelah 2 kali berargumen dgn menghujat. Amati brp lama dia bertahan dgn adu argumen. Tdk lama. Krn itu pertemuan kami di TV & forum hambar krn dia menghindar menghujat saya. Tanpa menghujat, Rocky bukan siapa2.

Budiman mengibaratkan debat itu dengan asmara. Keunggulan Rocky, kata Budiman adalah pada fase coitus yang didahului foreplay (pemanasan) tanpa rasa cinta.

Menghujat yg didahului 1 atau 2 argumen. Di mata kampret yg biasa menghujat tanpa argumen (coitus tanpa foreplay), ini sdh keren. Bagi kaum romantis, ini rendah

“Ilmu Debat itu Kamasutra…pemaki itu pemerkosa. Tampak serupa tp kelasnya beda,” tambah Budiman. (rel-marsht)