Notification

×

Iklan

Iklan

Batu Paromasan, Tempat Tulang Belulang Para Leluhur

10 Nov 2018 | 14:50 WIB Last Updated 2019-11-10T13:38:46Z
Batu Paromasan | IST
SAMOSIR, GREENBERITA.com - Pulau Samosir dikenal sebagai tempat yang indah. Pulau ini juga menyimpan banyak cerita legenda. Bukan hanya itu, di sini juga terdapat berbagai situs budaya yang memiliki cerita menarik.

Di Samosir ada dikenal dengan Batu Hobon, Batu Sawan, Batu Hoda, Batu Partangisan. Selain itu, ternyata di sini ada juga yang disebut dengan Batu Paromasan.

Batu ini berada di Siantarantar Desa Lumban Pinggol Kecamatan Pangururan. Dahulu kala Batu ini merupakan batu tempat tulang belulang para leluhur.

"Batu ini sudah sangat tua, sebelum kedatangan kolonial Belanda Batu ini sudah ada dan merupakan tempat penyimpanan tulang-belulang Leluhur terdahulu," kata warga di sekitar lokasi Paromasan.

Namun setelah kedatangan Belanda, Batu ini sudah tidak difungsikan lagi. Paromasan kini menjadi satu lokasi sebagai tanah wakaf (lokasi kuburan para leluhur).

Menurut informasi yang diterima, beberapa rumpun marga di dalamnya dan telah terbukti dari gundukan tanah atau tambak yang dibangun diantaranya adalah, Sitanggang, Simbolon, Naibaho, Malau, Nainggolan, Tamba, Silalahi dan masih banyak lagi.

M. Sitanggang (71) dan J. Sitanggang (72), warga Lumban Pinggol kepada wartawan mengatakan, membawa tulang belulang ke lokasi Paromasan ini untuk dikuburkan sudah tidak ada lagi sekitar tahun 1950-1960. "Saya tidak ingat persisnya karena waktu itu kami masih sangat kecil," cerita mereka berdua.

"Seperti sekarang kan ada istilah 'Panakkok Saring-Saring Tu Batu na Pir' (Memindahkan Tulang Belulang Leluhur ke Tugu/Monumen-red). Ya, seperti itulah dulu ceritanya," lanjut M. Sitanggang.

Terpisah, salah seorang pegiat Budaya O. Habeahan mengatakan Situs Paromasan adalah situs yang layak untuk dijaga. "Ini adalah hasil karya para leluhur terdahulu," kata Habeahan kepada wartawan, Sabtu (10/11).

Menurutnya, sebagai orang batak harus melestarikan peninggalan leluhur. "Kita tidak boleh menelantarkan peninggalan-peninggalan leluhur, pasti ada akibatnya. Tapi jika kita menjaga dan merawatnya, maka ada berkat yang akan kita terima," tuturnya.

Sementara itu, L. Naibaho menyebutkan Batu Paromasan tidak lagi digunakan sebagai tempat tulang belulang sejak adanya larangan dari pihak Belanda.

"Kata kakek saya, ketika Belanda berada ditanah Batak, tidak diperbolehkan lagi memasukkan tulang belulang ke dalam Batu itu. Itulah sebabnya dibuat Tambak Paromasan," terangnya.

Tambak Paromasan menurutnya merupakan kuburan umum bagi orang batak di wilayah itu atau yang masuk dalam satu rumpun. (FS)