Notification

×

Iklan

Iklan

Pagelaran Budaya Mangalahat Horbo Akan Jadi Agenda Besar Pasaribu Sedunia

20 Sep 2025 | 14:37 WIB Last Updated 2025-09-20T07:37:35Z

PPRPI se& dunia akan menyelenggarakan Pesta Budaya Mangalahat Horbo pada Oktober (photo ilustrasi dok greenberita)

GREENBERITA.com– Warisan budaya Batak kembali akan menggema di Batu Hobon, Samosir, Sumatera Utara, ketika Punguan Pasaribu Sedunia menggelar Pagelaran Budaya Mangalahat Horbo mulai 18 Oktober 2025. Acara sakral ini diperkirakan akan dihadiri lebih dari 5.000 pomparan Pasaribu dari berbagai penjuru Tanah Air dan perantauan, termasuk Sorkam, Barus, Borbor, Humbahas, Dairi, Papua, Jakarta, Medan, Simalungun, hingga Bandung.


Menurut panitia, sejumlah tokoh nasional dan daerah dijadwalkan hadir, mulai dari Menteri Kebudayaan, Menteri Pariwisata, Gubernur Sumut, hingga Bupati Samosir bersama jajaran pejabat daerah, Kapolres, dan Kajari Samosir. Para pemuka adat dan tetua pomparan Raja Borbor dan Guru Tatea Bulan juga diundang untuk memastikan jalannya ritual sesuai adat.


Ketua Umum Punguan Pomparan Raja Pasaribu Indonesia (PPRPI), Dr Ir Benny Pasaribu, menegaskan acara ini bukan sekadar pesta budaya, melainkan momentum kebangkitan sejarah dan jati diri marga Pasaribu.


“Benar, bahkan Punguan Pomparan Raja Pasaribu Indonesia (PPRPI) juga akan mendeklarisikan Sejarah dan Tarombo pada tanggal 18 Oktober di Batu Hobon yang terlebih dahulu diputuskan pada Rakernas 16–17 Oktober di Samosir,” ujarnya, Sabtu (20/9/2025).


Lebih jauh, Benny mengungkapkan bahwa program besar PPRPI juga mencakup pembangunan Tugu Raja Pasaribu yang ditargetkan rampung pada akhir 2026. Dalam penjelasannya, ia menuturkan asal-usul marga Pasaribu yang berakar dari Oppung Tuan Saribu Raja, anak kedua Guru Tatea Bulan, dan diwariskan hingga keturunan Raja Habeahan, Raja Bondar, serta Raja Gorat.


Ritual Mangalahat Horbo sendiri memiliki filosofi mendalam bagi masyarakat Batak. Penyembelihan kerbau bukan hanya simbol kekuatan dan kesuburan, tetapi juga doa kolektif demi kemakmuran serta perlindungan Ilahi.


“Mangalahat Horbo memiliki makna yang mendalam dalam budaya Batak, yaitu sebagai simbol kekuatan, kesuburan, dan kemakmuran. Tradisi ini juga digunakan sebagai bagian dari upacara adat untuk memohon berkat dan perlindungan dari Tuhan,” tambah Benny.


Di tingkat lokal, Ketua Panitia Rakernas Dani Dewentin Pasaribu memastikan seluruh persiapan berjalan sesuai jadwal.


“Kita terus saling berkoordinasi dan berkomunikasi dengan baik untuk mempersiapkan acara berlangsung dengan baik nantinya,” ujarnya.


Dengan skala besar serta makna filosofis yang kuat, perhelatan Mangalahat Horbo di Batu Hobon diprediksi bukan hanya menjadi ajang silaturahmi pomparan Pasaribu, melainkan juga panggung kebudayaan Batak yang menegaskan eksistensi warisan leluhur di tengah modernitas.***(Gb-Ferndt01)