Notification

×

Iklan

Iklan

Upaya Transformasi Pertanian Guna Mendukung Pariwisata Samosir

17 Feb 2024 | 15:48 WIB Last Updated 2024-02-20T13:00:52Z

Wisatawan mulai ramai kunjungi Kebun Anggur Puro Kafe Sebagai Bagian dari Agrowisata di Samosir 


GREENBERITA.com- Istilah transformasi sering di gunakan pada kondisi sosial yaitu suatu perubahan masyarakat dengan proses yang memakan waktu dimana rentang waktu sebelum bentuk baru berlanjut secara baik disebut masa peralihan (transisi), karena segala sesuatu masih bisa berubah-ubah maka dikatakan bahwa transformasi belum selesai atau masih peralihan.


Demikian juga pada transformasi pertanian yaitu suatu proses perubahan pada berbagai aspek di bidang pertanian. Perubahan yang dimaksud bukan hanya pada teknologi namun lebih jauh lagi pada kelembagaan ekonomi dan sosial pertanian. 


Permasalahan sekarang adalah, sejarah budaya bertani yang dianggap melatar belakangi lahirnya konsep agraria transformation dan agraria transition. Tidak mudah untuk menjelaskan hal ini, karena menyangkut berbagai aspek dan perdebatan panjang selama bertahun-tahun di Indonesia tidak terlepas di Kabupaten Samosir, khususnya diantara para ilmuwan bidang pertanian ataupun budaya pertanian.


Sebagai ide atau gagasan tentang transformasi masyarakat secara umum tentu sudah dikenal sebelum muncul istilah agrarian transformation. Dengan pandangannya masing-masing para pemikir teori evolusi sudah membagi-bagi tahapan jaman. Berubahnya jaman yang satu ke jaman berikutnya merupakan proses transformasi masyarakat. Namun untuk memahami istilah khusus agrarian transformation kita perlu melacak perkembangan wacananya sejak terbitnya buku karya Karl Kautsky (1899) yang berjudul Die Agrarfrage (Bhs. Jerman), atau terjemahan dalam bahasa Inggris (1988) The Agrarian Question, substansinya membahas masalah masyarakat kaum tani. 


Sementara itu, terutama setelah Revolusi Perancis, berbagai negara telah melakukan pembaruan agrarian maka pertanyaannya adalah, setelah dilakukan pembaruan agraria, perubahan masyarakat seperti apa yang terjadi khususnya pola tanam dan jenis variasi pertanian khususnya pertanian di Kabupaten Samosir. Dari sisi budaya Kabupaten Samosir terkenal dengan sebuah lagu “Pulau Samosir” yang pada liriknya menggambarkan bahwa di Samosir banyak melimpah pertanian “Gok disi Haccang, nang Eme nang Bawang rarat do Pinahan di Dolok i”, yang menjelaskan bahwa di Samosir melimpah tanaman kacang, padi, bawang dan peternakan yang terhampar luas pada lereng-lereng bukit dan gunung-gunung di Samosir. Tetapi kenyataannya saat ini potensi pertanian di atas seperti Kacang, Padi, Bawang dan Peternakan bukan lagi melimpah di Samosir tetapi beralih pada dominan tanaman lainnya seperti jagung. 


Dari sisi potensi alam yang terkenal dengan Danau Toba dan Pulau Samosir yang terbentuk dari letusan gunung berapi dan diikuti gerakan batuan secara tektonik sehingga Danau Toba disebut Danau Tektovulkanik  maka Samosir dipastikan memiliki alam yang sangat indah sehingga berpotensi sebagai daerah wisata, namun dari sisi demografi bahwa penduduk Samosir dominan masih hidup pada mata pencaharian pertanian yang hampir 80% penduduk Samosir bermata pencaharian dari sektor pertanian dan peternakan seyogianya mata pencaharian jasa wisata potensial karena potensi alam yang indah. 


Pertanyaannya adalah, apakah setelah reforma agraria dilakukan masyarakat petani bertransformasi menjadi suatu susunan masyarakat yang kita kehendaki. Kenyataannya masih banyak petani di Samosir yang melakukan pertanian konvensional dengan hanya menggantungkan kondisi iklim dan cuaca terhadap penanaman dan panen pertanian sehingga jika cuaca tidak bersahabat penanaman akan gagal dan panen pertanian juga akan gagal. 

Pohon Anggur telah berbuah guna sambut Wisatawan di Samosir 

Kondisi diatas sekedar untuk menjelaskan bahwa dalam wacana teori agraria, istilah transformasi agraria dan transisi agraris itu mengacu kepada proses perubahan masyarakat yang dipicu oleh suatu perubahan agraria baik melalui program oleh pemerintah maupun karena berbagai faktor lain yang akan membuat terjadinya perubahan agrarian dari segi pola tanam dan jenis variates tanaman pertanian.


Jadi jelasnya, bicara soal transformasi agraria itu bukan untuk menuju pelaksanaan reformasi agraria, tetapi justru wacana tentang perubahan pola masyarakat dengan mencoba inovasi-inovasi baru pada diversifikasi tanaman yang dapat dijadikan sebagai pendukung kebutuhan pangan, pasar dan kebutuhan wisatawan untuk menunjang kepariwisataan di Samosir. 


Sebagai contoh penduduk Samosir masih enggan menanam tanaman buah yang di inpor dari luar negeri seperti buah anggur, apel, pear, kiwi dan jenis buah lainnya yang secara umum berasal dari impor luar negeri penyebabnya kemungkinan karena masih berpikir konsep pola-pola pertanian konvensional atau pola lama, dimana petani berpikir jika menanam produk buah luar negeri akan membutuhkan perawatan yang intensif dan di prediksi hasilnya harus menunggu lebih lama dan takut dengan pemasaran yang tidak tersedia. Dibandingkan dengan tanaman palawija seperti jagung yang dapat ditanam dengan mudah dan dipanen dengan jangka waktu enam bulan tanpa membutuhkan perawatan yang intensif atau pola pertanian yang simpel dan mudah.

 

Tetapi kenyataannya konsep pertanian dengan pola konvensional dapat diganti dengan metode yang lain di Kabupaten Samosir termasuk dengan menggunakan teknik mekanisasi, teknoligis dan diversifikasi. Salah satu tanaman impor luar negeri yang telah dicoba di Samosir adalah tanaman buah anggur dengan menggunakan semi teknologi dengan metode greenhouse dan melakukan perawatan secara intensif. Dengan perawatan yang baik maka tanaman anggur dengan jangka waktu satu tahun sudah dapat berbuah dan akan dapat panen sepanjang tahun minimal tiga kali dalam satu tahun tanpa mengenal musim dan cuaca apalagi menanam ulang.

 

Rata-rata usia pohon anggur dapat tumbuh di Indonesia mencapai usia 50 tahun berbeda dengan di daerah asal (Eropa) yang dapat mencapai usia ratusan tahun. Namun demikian dengan usia anggur yang cukup lama maka dapat di asumsikan jumlah panen buah anggur pada satu pohon anggur dapat mencapai 50 kg bahkan lebih. Maka secara finansial akan lebih menguntungkan investasi tanaman anggur dengan jangka panjang dari pada harus menanam tanaman pertanian setiap enam bulan sekali. 

Kondisi dan pengalaman pertanian ini telah ada dan nyata dilakukan petani di Kabupaten Samosir salah satunya adalah “boborola farm” yang secara khusus menanam anggur dengan sistem semi greenhouse di Pangururan Kabupaten Samosir. Pertanian ini juga dimanfaatkan sebagai model pembelajaran bagi masyarakat yang berminat menanam buah anggur dimasa yang akan datang yang siap menyediakan bibit anggur berkualitas untuk dikembangkan para petani di Kabupaten Samsoir khususnya dalam menunjang pertanian berkelanjutan di masa yang akan datang, selain menjadi tempat agrowisata yang telah dikunjungi para wisatawan lokal bahkan internasional yang datang ke Samsosir khsusnya di Kota Pangururan. 


Disamping itu kebutuhan pasar untuk konsumsi buah, kelanjutannya pihak manajemen “Boborola Farm” berorientasi akan menciptakan produk-produk baru yang dapat dikelola dari buah anggur seperti produk pengolahan sacramental wine (perjamuan kudus) dan wine minuman yang potensial dipasarkan sebagai konsumsi kebutuhan wisatawan manca negara maupun lokal seperti telah berhasil dilakukan di Pulau Bali yang terkenal dengan Hatten Wine di Sanur Denpasar dan Sababay Wine di Gianyar Bali. 


Diharapkan inovasi ini salah satu alternatif dari sekian banyak inovasi-inovasi baru yang dapat diciptakan pada bidang pertanian yang dapat dikelola dan diolah menjadi produk untuk mendukung kebutuhan kepariwisataan di Kabupaten Samosir. 


Dengan perkembangan sarana prasarana wisata di Kabupaten Samosir dan telah berdirinya beberapa Hotel berbintang di Kabupaten Samosir maka diharapkan masyarakat lokal harus melakukan inovasi-inovasi pertanian baru yang serius untuk dapat mendukung dan memenuhi serta menjadi penyuplai kebutuhan bahan-bahan makanan di hotel berbintang. Perhotelan dapat dijadikan mitra usaha untuk menerima bahan makanan dari lokal yang berkualitas di Samosir yang tidak kalah kualitasnya dari bahan makanan yang berasal dari luar, disamping harga transport yang tinggi untuk mendatangkan bahan makanan dari luar Samosir maka diharapkan bahan-bahan produk Samosir akan dapat bersaing dari sisi biaya transportasi tanpa mengesampingkan kualitas produksi.

    

Tentu pertanian inovasi anggur di atas hanya salah satu dari sekian banyak inovasi pertanian yang baru yang dapat di kembangkan di Kabupaten Samosir semisal dapat mengembangkan tanaman apel, peer, kiwi atau jenis buah yang lain yang dimungkinkan dapat dikembangkan di Kabupaten Samosir dengan menggunakan teknologi pertanian yang lebih maju seperti pertanian di negara-negara maju.


Sebagai penutup, seperti telah diuraikan di atas perlu dicatat bahwa masalah transformasi agraria tidak lah hal yang rumit dan sukar dilakukan. Karena sedikit atau banyak telah banyak artikel teori-teori dan bahan-bahan media sosial yang dapat di pelajari untuk mencari konsep-konsep baru dan kunci sukses dalam bertani, yang mudah untuk dicari melalui canal yutup atau pun artikel-artikel lainya di google.


Demikianlah uraian ringkas yang dapat disumbangkan pada kesempatan kali ini. Mudah-mudahan tulisan sederhana ini ada gunanya dan lebih penting lagi menjadi motivasi kepada para petani untuk melakukan inovasi-inovasi baru di bidang pertanian khususnya di Kabupaten Samosir.

 

(Penulis: Borri Pasaribu, Sondang Pangaribuan, Rismahot Naibaho dan Haider Sitinjak / Mahasiswa Magister Manjemen Universitas HKBP Nomensen)