Notification

×

Iklan

Iklan

KTT APEC Bangkok, Pemimpin Negara Fokus pada Pemulihan Ekonomi Berkelanjutan

21 Nov 2022 | 15:00 WIB Last Updated 2022-11-21T08:00:27Z

Oleh Prof Dr Sihol Situngkir
 

GREENBERITA.com- Setelah perhelatan pemimpin negara para anggota G20 di Bali 15-16 November 2022 di Nusa Dua Bali lalu, para pemimpin negara kembali bertemu pada pertemuan ke-29 pemimpin negara anggota Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Bangkok Thailand dari tgl 18-19 November 2022.

Sebagaimana diketahui bahwa pertemuen ekonomi APEC berlangsung setiap tahun yang bertujuan untuk membahas kerjasama ekonomi khususnya kesepakatan dan komitmen bersama dalam berbagai hal yang diatur sebagai aturan main (rules of game) atau regulasi mengenai perdagangan barang dan jasa serta berbagai bentuk kerjasama investasi.

Singkatnya menurut saya, KTT Pemimpin APEC mempunyai misi stratejik yakni "aligning regulations and standards in tetms of economic practices across the regions of ASIA PACIFIC".

Presiden Indonesia Joko Widodo yang hadir langsung pada KTT APEC di Bangkok Thailand disambut hangat oleh pemimpin Negara tuan rumah Thailand. 

Jokowi dalam pertemuan ini tetap konsisten dan fokus tentang urgensi pemulihan ekonomi berkelanjutan. Jokowi konsisten membahas transformasi digital, ekonomi hijau dan hilirisasi industri.

Tema utama pertemuan APEC tahun 2022 yang diusulkan oleh tuan rumah Thailand yakni "Open, Connect and Balance". 

Harapan besar tuan rumah ini adalah agar tercipta komitmen bersama dalam membuat kebijakan yang menjunjung tinggi keterbukaan, konektivitas dan keseimbangan baru yang bakal disepakati dalam petemuan pemimpin negara anggota APEC. 

Sebagai tuan rumah Thailand lebih memfokuskan pembahasan KTT ASEAN tentang pemulihan ekonomi Pasca Pandemi Covid. Sama halnya dengan yang diinginkan semua negara anggota APEC.

Saya melihat KTT APEC Bangkok telah menyepakati Bio Circular Green Economy sebagai pendekatan bersama guna pemulihan ekonomi pasca pandemi covid yang inklusif dan berimbang guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tangguh sekaligus menjaga lungkungan hidup, sebagaimana yang dikutip dari pernyataan Menko Perekonomian Air Langga.

Menurut saya, Indonesia telah lama melaksanakan pembangunan ekonomi hijau pada industri farmasi dan pertanian namun perlu menyentuh sektor lainnya seperti industri pariwisata dan industri rumah tangga (home industries) secara masif.

Indonesia telah memiliki best practice mengenai pembangunan ekonomi hijau. Tentu saja dapat menjadi acuan bagi negara anggota APEC lainnya. Hanya saja Indonesia mesti terus menjaga sustainabilitinya pada masa yang akan datang.

Negara anggota APEC yang mempresentasikan tiga miliar penduduk dunia dan 60% GDP dunia berpotensi kuat sebagai mesin pertumbuhan ekonomi (engine of economy) di Asia Pasifik bahkan di dunia. Oleh karena itu komitmen bersama yang kuat sangat diperlukan dari seluruh pemimpin negara anggota APEC yang wujudnya dapat dituangkan dalam dokumen kerjasama bilateral dan diharapkam dapat menjadi faktor keberhasilan (key success factor) bagi pemulihan ekonomi pasca pandemi covid di negara negara anggota APEC.

Dari Press Release Menko Perekonomian Air Langga, juga didapatkan bahwa Leaders' Declaration KTT APEC di Bangkok Thailand telah menghasilkan kesepakatan meliputi: reformasi sistem perdagangan multilateral, penguatan komitmen dalam mengatasi disrupsi rantai pasok, mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan dan inklusif dan mendukung UMKM dan perusahaan rintisan (start up).

G20 Leaders' Declaration yang baru dilaksanakan di Nusa Dua Bali pada 15-16 November 2022 yang lalu pasti menjadi acuan juga bagi APEC Leaders' Declraration di Bangkok Thailand. 

Meskipun ada penekanan penekanan khusus untuk memebuhi kebutuhan negara anggota APEC sendiri yang tertuang dalam dokumen kerjasama bilateral. 

Hal ini diakui oleh Menko Perekonomian Air Langga yang disebutkan dalam press releasenya dimana ada benang merah antara deklarasi G20 di Bali seperti Just Energy Transition and Framework Economy Indo Pacific.

Secara pribadi saya sependapat dengan banyak pengamat ekonomi agar dalam KTT APEC ke-29 ini dapat mendorong wadah World Trade Organization (WTO) dapat menjalankan ketiga fungsinya yakni: pertama, sebagai perangkat ketentuan atau aturan multilateral; kedua, sebagai wadah atau forum perundingan perdagangan dan ketiga, sebagai pengadilan atas pelanggaran perdagangan internasional. 

Hal ini penting dieksekusi dengan baik guna mengatur mekanisme atau tindak tanduk perdagangan di Asia Pasifik sehingga dapat dirasakan bersama manfaatnya bagi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi bagi negara negara anggota APEC.

Kita optimis dan berharap bahwa dengan rentetan 2 perhelatan besar pertemuan pemimpin negara negara di dunia yang telah berlangsung di Bali 15-16 November 2022 dengan wadah G20 dan di Bangkok Thailand 28-19 November 2022 melalui forum APEC, maka pemulihan ekonomi pasca pandemi covid semakin dapat terwujud lebih optimal guna menggerakan ekonomi berkelanjutan dalam rangka meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dunia umumnya dan Indonesia khususnya.


( Penulis adalah President of Global Profsis Center Jakarta