Notification

×

Iklan

Iklan

Ketamakan Hati Manusia

5 Mei 2021 | 09:34 WIB Last Updated 2021-05-05T05:05:55Z


Oleh Ria Gurning 

GREENBERITA.com - Ternyata, mendengar lebih baik daripada bicara banyak. Sejatinya, setiap orang punya hak untuk menyampaikan apa dalam hatinya sebelum mengatakan sesuatu itu salah.

Dalam berdiskusi , Saya paling suka memberikan kesempatan berbicara kepada siapa pun tanpa mematahkan semangatnya untuk berbicara. Kenapa?  


Karena saat itulah dia mengutarakan apa yang dirasakan, dilakukan dan diamati sejauh benar atau salah kita yang menilai apakah itu dari hatinya atau tidak. 

Disini, perlu kita memiliki kepekaan hati, jiwa sosial dan kepemimpinan yang memiliki rasa percaya diri serta penghormatan kepada seseorang tanpa dia merasa direndahkan.

Hidup ini tidaklah mudah, banyak hal yang terkadang sulit diterima dan dipahami. 

Oleh karena itu, belajar adalah proses tanpa akhir. Kita tidak harus hebat saat memulai tetapi kita harus memulai untuk menjadi hebat.


Jika kita termasuk orang yang senang menunggu datangnya peluang, kita adalah bagian dari manusia pada umumnya.

Apa yang kamu butuhkan dan apa yang kamu inginkan adalah dua hal yang sangat berbeda. 


Berlakulah Bijak dalam memilih satu diantaranya.

Segala hal yang terjadi adalah pengalaman bermakna. Jangan sesali, tapi ingatlah pelajaran yang diberi, terutama untuk hal yang telah melukai hati.


Tidak baik kita menggerutu sendiri kala kesulitan datang pada kita. Kadang kita pasrah karena semua di titik beratkan pada kita. Alangkah bodohnya bila semua kegagalan itu sumbernya dari diri sendiri yang pada hakikatnya ada kemampuan yang lebih dominan menguasai masalah tersebut.


Jangan pernah takut pada sesuatu hal yang menurut kamu benar.Tetaplah berpedoman bahwa yang terjadi itu bukan karena keinginanmu tapi karena keinginan mereformasi sistem dalam kehidupanmu.  


Banyak tugas dan tanggung jawab yang mungkin kamu akan enggan memikulnya  namun ada hal dalam dirimu yang dapat kamu kerjakan untuk dinikmati bagi keluarga, masyarakat dan Tuhanmu.


Apapun kebaikan yang kamu lakukan bila tidak diiringi hati yang tulus dan ikhlas semua akan sia-sia. Jangan biarkan terjadi dalam kepemimpinanmu menjadi luka diri namun tetap mengoreksi diri sampai mana kelemahan dan kekuranganmu. 


Kalau kelebihan tak perlu diungkapkan karena yang menilai itu bukan kita tapi orang lain. Berbuat baiklah tanpa harus disanjung dan belajarlah untuk memahami siapa diri kita.



Manusia itu memiliki beragam bentuk wajah, tingkah laku dan gaya bicara. Jangan perlakukan dirimu seperti tidak tahu apa-apa, merasa rendah hati, tak punya apa-apa hanya untuk disenangi dan dikagumi orang-orang yang sebenarnya kita tahu semuanya dan tentu kita memiliki segalanya.


Yang lebih hebatnya kelihatan jaim (jaga image), dan bicara seperti malaikat yang tidak berdosa, berpura seperti orang bodoh ternyata adalah sumber malapetaka yang menghancurkan kehidupan orang lain. 


Kepura-puraan saat ini sudah tidak sesuai lagi karena sekarang jejak digital dapat terlacak dan hidup kita sudah tidak rahasia lagi.


Jangan memberikan sesuatu hal yang seolah-olah kamu merasa bodoh dan pada akhirnya jadi bodoh betulan dan akhirnya dipermalukan orang banyak.


Semua hal keluar dari mulut dengan kepura-puraan akan menjadi racun bagi diri sendiri.

Apapun awal yang terjadi, pasti akan selalu memiliki akhir. Dan jika sesuatu yang baik harus berakhir, percayalah bahwa yang lebih baik lagi akan dimulai.


Hormatilah sebelum dihormati.

Kejujuran lebih dari segalanya

Akui kesalahan bila melakukan salah.


Cari solusi untuk setiap masalah dengan memikirkan dahulu sebelum melangkah. Miliki hati bahwa kita sama dan saling membangun.

Kegagalan milik bersama bukan perorangan.


(Penulis adalah seorang pengamat sosial dan perempuan)