Dr. Harurikson L. Tobing |
Namun tanpa disadarinya, dokter Halurikson ternyata terlupa memakai masker ketika bertugas sementara kondisinya saat itu diakuinya kurang begitu fit karena terlalu lelah dalam tugas kesehariannya.
"Tiga hari kemudian, saya langsung merasakan badan ngilu, batuk dan flu disertai sakit yang luar biasa pada tenggorokan dan tidak selera makan" ujar DR dr. Harurikson, Sp.PK, Sp.FK,M.Kes ini ketika diwawancara tagar pada Minggu, 26 April 2020.
Sebagai dokter, Harurikson yang merupakan dokter S3 dari Universitas Andalas ini langsung melakukan pemeriksaan diri ke RS.Adam Malik Medan dan setelah pemeriksaan rapid tes dinyatakan positf.
"Dan setelah swab tes pertama dan kedua sekitar tanggal 25 dan 26 Maret 2020 di RS.Adam Malik dinyatakan PDP, kemudian saya dirawat di RS.Adam Malik," jelasnya.
Dokter ini langsung diisolasi di RS. Adam Malik namun diletakkan diluar karena tempat isolasi penuh. "Setelah saya di swab dan periksa darah, saya diisolasi IGD yang ada enam orang didalam," tuturnya.
Harurikson pun merasa sangat ketakutan apalagi pasien disebelahnya baru meninggal dunia ketika dia baru masuk ke ruangan itu. "Saya langsung baca Alkitab dan berdoa kepada Tuhan Yesus sembari berucap biarlah kehendak Mu yang jadi," tuturnya ketika itu.
Semua yang ada diruangan IGD tersebut menangis dan bersedih sambil terus berdoa berharap pertolongan Tuhan. "Yang umat muslim saya lihat sholat lima kali sehari dan saya juga baca Alkitab sambil berdoa terus berharap pertolongan Tuhan Yesus," ujarnya.
Pada hari kedua ketika dokter di RS.Adam Malik melakukan visit kepada para pasien dan melihat ruangan yang tidak ada akhirnya dokter disana melakukan PBJ (Pasien Berobat Jalan) kepada dokter Halurikson.
"Menunggu hasil pemeriksaan, kami di PBJ kan dirumah, nanti dihubungi kalau sudah keluar hasil swab nya," jelasnya.
Selama lima hari dirumah, kondisi dokter ini semakin lemas karena bila makan langsung muntah. "Makan tidak bisa karena langsung muntah, terpaksa saya minum teh banyak," jelasnya.
Pada tanggal 1 April 2020, RS.Adam Malik menghubungi dokter Harurikson menyatakan bahwa hasil pemeriksaan swab nya dinyatakan positif Covid-19. "Tapi mereka menyatakan RS. Adam Malik telah penuh sehingga tidak dapat dirawat disana," jelasnya.
Setelah RS.Adam Malik melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, akhirnya direkomendasikan ke salah satu rumah sakit di Tanjung Morawa yang telah dibuka untuk pasien Covid-19.
"Kemudian petugas rumah sakit itu menjemput saya dengan ambulans kerumah saya. Ketika itu tetangga semua keluar melihat saya dijemput, saya down tapi saya tetap berdoa kepada Tuhan," jelasnya.
Setiba di rumah sakit tersebut dengan pengawalan polisi dan tentara, Halurikson ditempatkan di ruang Anggrek 3. "Saya semakin khawatir apalagi setelah melihat fasilitas air yang kuning dan jorok, saya semakin pusing dan saya minta dipindahkan keruang Anggrek 8, dan air lumayan tapi AC rusak dan hanya ada kipas sehingga membuat saya sangat kepanasan," tambahnya.
"Diruangan itu saya diberikan obat Paracetamol, Azithromycin dan Vitamin. Saya langsung meminumnya setelah memaksa diri untuk makan terlebih dahulu," jelasnya lagi.
Selama empat hari di tersebut tenyata dokter tidak pernah visit dengan alasan bahwa tempat tersebut hanya tempat isolasi bagi pasien PDP dengan pemeriksaan rapid tes dan bukan positif Covid-19. "Saya semakin stres karena tidak diberikan obat therapy antivirus seperti Cloriquin, Tamiflu, Isoprinosine atau Levofloxacin," jelasnya.
Melihat kondisi ini, kondisi dokter Harurikson semakin drop dan seperti hilang harapan namun tetap berdoa kepada Yang Maha Kuasa.
"Tuhan, kalau memang Tuhan berkehendak aku mati disini, saya mohon baik bagiku. Tapi sebelum itu semua, berikan saya rumah sakit yang baik bagiku, saya mau ke RS. Siloam ya Tuhan," doa Harurikson.
Ketika permintaan itu disampaikannya kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menyatakan belum ada ruangan di RS. Siloam dan juga RS. Adam Malik.
"Tapi saya tetap berdoa minta Tuhan tunjukkan jalan. Malam keempat itu langsung saya drop dan merasa gelap dan minta di tensi oleh perawat melalui telepon, namun satu jam saya tunggu tidak datang," ujarnya sedih.
Kemudian Harurikson beranikan diri menelepon Kadis Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dr. Alwi Mujahit Hasibuan untuk meminta pertolongan untuk disampaikan kepada perawat di rumah sakit tersebut sembari menjelaskan bahwa dirinya mempunyai riwayat hipertensi.
"Puji Tuhan diangkat Pak Kadis dan setengah jam setelah selesai bertelepon baru perawat datang menensi saya dan tensi saya 160/100, dan ditinggalkan saja begitu tidak ada diberikan obat," jelasnya.
Sambil tetap berdoa dan berserah kepada Tuhan, sepanjang malam dokter ini mengaku tidak dapat tidur. "Keesokan harinya sekitar jam 1 siang, Kadis Kesehatan Sumut dokter Alwi menghubungi via whatsapp dan mengatakan bersiap untuk dijemput dan masuk ke RS.Siloam Medan," ujarnya sambil bersyukur.
Ambulans dari RS. Siloam Medan melakukan penjemputan ke rumah sakit di Tanjung Morawa tersebut dan sesampainya disana langsung dilayani oleh dokter spesialis paru. "Dokter Rudi Setiawan spesialis paru langsung memeriksa saya dan diinfus dan diberikan injeksi levofloxacin serta obat oral anti virus lainnya," jelasnya.
Kondisi dokter Harurikson setiap hari selama dirawat di RS. Siloam semakin membaik dan psikologisnya semakin tenang karena pelayanan yang baik dan manusiawi.
"Pelayanan di Siloam memang berdasarkan kasih dan tidak ada jaga jarak dan tetap menjalin komunikasi kepada pasien, rumah sakit ini sangat mempedulikan pasien, mereka tidak menunjukkan sikap takut kepada saya," terangnya.
Pada hari ke-15 dokter Harurikson kembali menjalani pemeriksaan Swab. "Pada hari kedelapan setelah di Swab, hasilnya masih positif. Saya terus berdoa mencari Tuhan dan berjanji akan lebih melayani Tuhan bila telah disembuhkan dan dipulihkan," tegasnya.
Setelah melakukan swab yang kenam dan ketujuh pada tanggal 17 dan 18 April 2020, akhirnya keluar hasilnya pada tanggal 22 April 2020 dan dinyatakan sembuh. "Saya langsung diperbolehkan pulang dan kembali ke rumah dan dinyatakan sembuh," jelasnya bersukacita.
Dokter Harurikson yang beristri seorang psikolog boru Sinaga ini menyampaikan kepada seluruh pasien Covid-19 di Indonesia untuk tidak pernah putus asa serta semangat dan berdoa untuk disembuhkan.
"Tetaplah semangat dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk minta disembuhkan dan diselamatkan serta dipulihkan," pungkas dokter yang telah dikarunia sepasang anak ini dengan penuh semangat dan sukacita.
Simak Kesaksian dokter Harurikson Disini.:
(gb-KS03)