Notification

×

Iklan

Iklan

Mangalahat Horbo Jadi Puncak Acara Horja Bius Di Tomok

2 Des 2019 | 16:52 WIB Last Updated 2019-12-02T09:56:39Z
SAMOSIR, GREENBERITA.com || Pada hari kedua acara "Horja Bius" Tomok 2019 seekor kerbau diarak ke tengah halaman rumah adat Batak oleh kelompok Raja-raja Bius di Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Samosir, Sabtu (29/11/2019).

Diiringi tabuhan gendang Batak "gondang sabangunan" kerbau jantan ditambatkan di "borotan" (sebatang kayu yang ditancapkan berdiri).

Moncong hingga leher kerbau pelean (persembahan) diikat dengan rotan yang dijalin seukuran jari orang dewasa. Orang-orang manortor mengikuti irama gondang dan sarune yang meliuk-liuk. Terkadang khusuk, dan terkadang tampak bergembira penuh sukacita sesuai irama dan tabuhan gondang yang dialunkan.

Para Raja Bius 8 marga yang ada di Tomok dipersilahkan "marsatti" (memberikan persembahan) sekaligus mangaliat (manortor berkeliling). Dalam kesempatan ini, para Raja Bius juga mengajak etnis di luar Batak seperti suku Jawa yang sudah tinggal di Tomok manortor.

Informasi yang dilansir dari HetaNews, Sehari sebelumnya, berpakaian adat Batak lengkap dan berselempang ulos sejumlah warga dua desa di Tomok berbondong-bondong ziarah ke Makam Raja Sidabutar selaku penguasa Tomok di Desa Tomok Parsaoran, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Jumat (29/11/2019).

Prosesi ini merupakan awal dari diselenggarakannya ritual "Horja Bius" yang merupakan upacara adat Tradisional Batak Toba secara khusus di Bius Tomok.

Ketua Panitia pelaksana Amput Sidabutar menjelaskan, dalam pelaksanaan "Horja Bius" 2019 ini sehari sebelumnya mereka diawali berziarah ke Makam leluhur penguasa Tomok Raja Sidabutar, sekaligus berdoa kepada Tuhan Maha Pencipta.

 Selanjutnya, bergerak menuju Pantai Danau Toba melanjutkan doa-doa kepada "Saniang Naga Laut" yang biasanya disapa "Namboru" selaku titisan Tuhan yang berkuasa atas air, khususnya Danau Toba.

Hingga saat ini, segenap Raja Bius masih menjalnkan rangkaian demi rangkaian ritus. Direncanakan sekitat Pukul 15.00 WIB Sabtu, (30/11/2019) sebagai "ulaon panggoki" puncak acara disembelih seekor kerbau "mangalahat horbo pelean", lalu disantap bersama.

Amput Sidabutar menyampaikan Horja Bius Tomok ini sesuai tradisi leluhur secara turun temurun digelar oleh "Raja Bius, Raja Na Ualu" (Raja 8 Marga Warga Tomok) dan empat dari Marga itu merupakan Marga Parna dan empat lainnya di luar marga Parna.

 Ritual "Horja Bius" ini dulunya dilakukan apabila hasil pertanian, baik peternakan tidak memadai maka, Raja Bius, Raja Na Ualu" (Raja 8 Marga Warga Tomok) tadi sepakat melaksanakan sebuah upacara adat atau musyawarah dengan harapan dapat menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi, dan pemegang tampuk kekuasaan adalah Marga Sidabutar.

 Dalam pelaksanaannya, para Raja Bius menghadirkan "Datu" atau ahli spritual yang mampu menerawang hal apa yang akan terjadi, serta apa yang harus dihindari sehingga bala bisa dijauhkan. Dalam hal ini, Datu akan berpesan tentang apa yang selayaknya dikerjakan untuk melengkapi nazar yang sudah dilaksanakan.

 Ada pun doa yang disampaikan di Danau Toba agar kiranya musibah-musibah dijauhkan dari Danau Toba. Orang-orang sekitar Danau Toba pun diberkati dan diberi kesehatan oleh Sang Maha Pencipta dalam menyambung hidup, termasuk para wisatawan dijauhkan dari mara bahaya.


"Kita juga berdoa kepada tuhan, agar bencana dijauhkan dari Danau Toba. Dan juga para wisatawan baik orang-orang yang beraktivitas di Danau Toba dilindungi,"beber personil Band Batak Marsada Band asal Pulau Samosir ini.

Dalam ritualnya adapun media doa-doa dalam ritual ke "Mual Natio Tao Toba" Danau Toba kata Amput, disembelih seekor kambing putih.

Termasuk ikan Batak (Ihan Batak), Napinadar, Itak Gurgur dan Itak nahinopingan (sejenis makanan tradisional Batak berbahan tepung beras), sirih dan lainnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, Daulat Nainggolan mengaku akan tetap berkomitmen mendukung warga Tomok yang konsisten menjunjung tradisi Horja Bius tersebut.

Event yang sekaligus bagian yang tak terpisahkan dari Budaya Batak khususnya di Tomok, diharapkan dapat memajukan pariwisata di Tomok.
(rel/ars)