Notification

×

Iklan

Iklan

Jadi Pekerja Batu Bata, Anak Dibawah Umur Tewas Tertimbun Tanah di Samosir

25 Jul 2019 | 17:57 WIB Last Updated 2019-11-10T13:22:03Z

Duka Mendalam Mengiringi Keluarga Korban Ririn Manik pada Kamis, (25/7/2019)
SAMOSIR,  GREENBERITA. com - Nasib tragis harus diterima seorang anak dibawah umur karena tewas tertimbun tanah ketika bekerja dalam penggalian bebukitan untuk bahan baku pembuatan Batu Bata di Huta Siambalo, Desa Hutanamora, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Pada Rabu, (24/7/2019).

Korban tewas bernama Ririn Br. Manik (15) sehari-harinya adalah seorang siswa kelas 2 (dua) SMP Negeri Satu Atap,  Desa Rianiate, Pangururan, Samosir.

Kejadian bermula sekira jam 16 Wib,  (24/7) ketika Ririn yang sehabis pulang sekolah diminta ikut bekerja menggali tanah bebukitan yang dikelola seorang pengusaha Batu Bata berinisial FL yang berasal dari Kepulauan Nias.

Pengakuan itu disampaikan orang tua korban Antonius Manik (50) ketika dikonfirmasi greenberita.com di Huta Sitikotiko, Desa Parmonangan, Kacamata Pangururan, Samosir.

Orangtua Korban Antonius Manik Disamping Anaknya Boston Manil menyampaikan duka atas kematian putrinya Ririn boru Manik (15).
"Saya terima kabar anak saya sudah meninggal katanya sekitar 15.30 Wib. Setelah tertimbun anak saya langsung ditarik mereka dari timbunan, tidak langsung dibawa ke rumah sakit tapi dipanggilkan dukun patah dan akhirnya meninggal dunia sekira pukul 6 sore, " ujar Manik.

Ketika hal itu dikonfirmasi kepada Kapolres Samosir melalui Kasat Reskrim  AKP. Jonser Naibaho mengaku belum mengetahui kejadian itu.

"Wah, saya belum mengetahui itu. Memang tadi pagi saya mendengar kabar itu, tapi saya kira kejadian yang sebelumnya (kejadian sama, TKP berbeda, pada Selasa, (23/7/2019). Tapi walau demikian, saya akan perintahkan anggota bergerak kesana sekarang menyelidikinya " ujar AKP. Jonser.

Ditempat yang sama, kerabat keluarga korban menyesalkan tidak segera membawa korban ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

"Saya menyesalkan pihak pengusaha batu bata tidak segera membawa anak itu ke puskesmas atua rumah sakit Hadrianus supaya segera mendapat pertolongan pertama sehingga nyawanya dapat diselamatkan," ujar H.Gultom, salah satu kerabat keluarga korban.

Gultom juga sangat mengherankan tersedianya fasilitas ambulans untuk membawa korban yang sudah tewas ke rumah korban di Desa Parmonangan.

"Herannya saya, kenapa ada ambulans membawa korban yang sudah jadi mayrt, kenapa waktu masih hidup tidak segera ditolong," tanyanya heran.

(gb-ferndt)