Babi Hutan | Ilustrasi (sumber: instagram) |
Demikian disampaikan seorang pemuda bernama Ardiansah kepada wartawan di Kelurahan Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Senin (28/1/2019).
Menurutnya, kawat setrum yang dipasang warga berfungsi untuk menghalau hama Babi Hutan agar tidak memakan jagung. Maka dari itu budaya buru Babi Hutan ini sangat diperlukan bagi masyarakat untuk mengurangi beban biaya dalam membasmi hama.
“Jika ladang jagung warga tidak di pasang setrum. Jagung warga gagal panen atau warga akan merugi. Sementara biaya tanam jagung perhektar mencapai 3-5 juta. Padahal masyarakat menggantungkan biaya hidup mereka dari hasil tanaman jagung,” tutur Ardiansyah.
“Ini salah. Ya salah, Solusinya masyarakat perlu membudayakan Gotong royong untuk memburu babi hutan setiap minggunya, supaya hama Babi ini tidak merusak tanaman warga. Dengan begitu warga tidak akan memasang pagar kawat setrum di ladang jagung,” tambahnya.
Menurutnya, sosialisasi berburu Babi Hutan ini perlu digalakan kembali oleh semua pihak, baik Kepala Desa, Tokoh Masyarakat, Kepolisian dan masyarakat itu sendiri.
“Saya rasa ini solusi. Kita melarang masyarakat untuk tidak memasang setrum karena bahaya, sedang solusi tidak kita tawarkan,” katanya.
Dengan budaya berburu babi tentu ini tidak berbahaya, masyarakat bisa panen jagung, hewan liar lain seperti gajah harimau tidak terancam. (LW/Rel)