Notification

×

Iklan

Iklan

Di China Xiaomi Mulai Terdepak

5 Nov 2018 | 11:33 WIB Last Updated 2019-11-10T13:40:18Z
Add caption
Green Berita – Brand smartphone China mengalami pelambatan pertumbuhan untuk pasar dalam negeri mereka. Salah satunya yang mengalami kegagalan pertumbuhan yakni Xiaomi.

        Xiaomi harus mengalami defisit pertumbuhan sebanyak -16 persen di China pada kuartal ketiga 2018. Sedangkan di dunia, Xiaomi mengalami pertumbuhan paling tinggi pada kuartal ketiga 2018, dengan angka 83 persen. Pertumbuhan di tingkatan global itu mengalahkan Huawei, Oppo, dan Vivo.

Untuk pertumbuhan dalam negeri, Xiaomi bisa dibilang apes. Sebab kompetitor lainnya masih beruntung, pertumbuhan Huawei pada kuartal ketiga ini mencapai 13 persen, sedangkan untuk tingkatan global Huawei meraih pertumbuhan 60 persen. Sedangkan pertumbuhan Oppo di China pada kuartal ini yakni cuma 1 persen dan beruntung 12 persen di pasar global. Untuk Vivo, pertumbuhan di pasar dalam negeri pada kuartal ketiga tahun ini yakni 4 persen di China dan di pasa global mencapai 14 persen.

"Meskipun penurunan pasar di dalam negeri, brand China seperti Oppo, Vivo, dan Xiaomi mencapai pengapalan smartphone tertinggi dalam satu kuartal," kata Associate Director Counterpoint Research, Tarun Pathak, dilansir laman Counter Point Research, Senin 5 November 2018.

Rendahnya angka pertumbuhan smartphone di dalam negeri China, Pathak menjelaskan hal itu mencerminkan perusahaan berusaha mengurangi ketergantungan mereka pada pasar dalam negeri. Brand smartphone tersebut akan berusaha berkembang di luar China, termasuk ke Asia Pasifik dan Eropa.

Counterpoint merilis adanya penurunan smartphone pengapalan 3 persen setiap tahunnya secara global. Sepuluh brand terbaik dunia hanya bisa meraup 79 persen pangsa pasar dari 600 merek.
Pathak mengatakan, tren ini terkait adanya hubungan melemahnya permintaan di negara maju seperti China, Amerika Serikat dan Eropa Barat. Negara-negara itu menyumbangkan hampir setengah penjualan smartphone di pasar global.

Tren ini juga menunjukkan, pasar negara berkembang tidak membantu banyak secara permintaan pasar global. Pasar India menunjukkan, pertumbuhan hingga dua digit, namun tak cukup membayar penurunan pasar di negara maju.

Namun negara berkembang juga bisa menjadi peluang pertumbuhan jangka panjang untuk perusahaan pembuat komponen smartphone (OEM) memasuki pasar untuk menumbuhkan penjualan mereka.

"Pertumbuhan di pasar negara berkembang yang dipimpin pemain smartphone China merambah ke luar negaranya untuk menangkap pasar," kata analis Shobhit Srivastava.

OEM meningkatkan persaingan dan banyak fitur serta kemampuan yang umum di antara model andalan kini menyebar ke harga yang lebih rendah. Dia menambahkan, hal ini berefek pada pemain smartphone lokal di negara berkembang, yang mulai sulit mempertahankan pijakannya. (Viva)