Notification

×

Iklan

Iklan

5th IKPA Conference di Samosir: Perempuan Adat Jadi Penentu Arah Perubahan Lingkungan

26 Sep 2025 | 14:33 WIB Last Updated 2025-09-26T07:34:03Z

Wabup Samosir dan Executive Council AIPP hadiri 5th IKPA Conference di Samosir Cottage (23/9- photo ferndt/gb)


GREENBERITA.com -Kepemimpinan perempuan adat kembali mendapat sorotan internasional. Dalam menghadapi krisis lingkungan yang semakin nyata, peran mereka bukan sekadar simbol, tetapi hadir sebagai kekuatan riil di garda terdepan memperjuangkan hak-hak masyarakat adat.


Hal tersebut mengemuka dalam Konferensi Internasional Masyarakat Adat Asia (The 5th International Conference on Indigenous Peoples of Asia/IKPA) yang diikuti 15 negara Asia dan digelar selama lima hari di Samosir Cottage Hotel, Kecamatan Simanindo Samosir, Sumatera Utara sejak Selasa (23/9/2025).


Ketua Persekutuan Perempuan Adat Nusantara AMAN (PEREMPUAN AMAN), Devi Anggraini menegaskan bahwa konferensi ini mengambil tema 'Merayakan dan Memajukan Kekuatan serta Kepemimpinan Perempuan Adat.'


"Kegiatan ini kerjasama antara PEREMPUAN AMAN dengan Indigenous Women Programme Asia Indigenous Peoples Pact (AIPP). PEREMPUAN AMAN merupakan organisasi berbasis anggota individu perempuan adat yang dideklarasikan pada 16 April 2012 di Tobelo, Halmahera Utara, Maluku Utara," ujar Devi Anggraini.


Di Indonesia, PEREMPUAN AMAN kini menjadi wadah konsolidasi perempuan adat dengan anggota sebanyak 4.917 individu. Mereka tersebar di 118 Wilayah Pengorganisasian (WP) di tujuh region Indonesia: Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua. Kehadiran organisasi ini meneguhkan ruang perjuangan perempuan adat di ranah publik, bukan hanya di tingkat lokal, tetapi juga regional Asia.


Sementara itu, Executive Council Asia Indigenous Council Pact (AIPP), Abdon Nababan, mengingatkan bahwa perjuangan perempuan adat tak boleh berhenti meski kemungkinan rekomendasi diabaikan pemerintah.


“Tapi menurut saya paling tidak dari sisi gerakan di Asia, kita sudah punya satu posisi terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat adat, khususnya perempuan adat. Kita tidak akan pernah menunggu pemerintah. Kalau pemerintah belum bisa melakukannya ya kita kerjakan aja dulu,” bebernya.


Pandangan senada datang dari Wakil Bupati Samosir, Ariston Tua Sidauruk, yang menekankan pentingnya dorongan terhadap kemandirian dan kesetaraan gender, termasuk di Tanah Batak.


“Artinya, kalau kita lihat, terutama di sini masih ada sebagian besar bahwa laki-laki lebih dominan. Itu nanti akan ada lebih edukasi-edukasi. Ya termasuk inilah salah satu karena menjangkau perempuan adat,” katanya.


Menurutnya, semangat kesetaraan gender di Samosir sudah menunjukkan perubahan positif.


 “Memang di Kabupaten Samosir sendiri ini, ya kalau kita lihat sih, sudah semakin baik, tidak ada itu diskriminasi lagi,” pungkasnya.***(Gb-Ferndt01)