Notification

×

Iklan

Iklan

Gerakan Tutup TPL Semakin Meluas, Massa Geruduk Kantor DPRD dan Gubsu

27 Nov 2021 | 07:33 WIB Last Updated 2021-11-27T00:33:18Z

Aksi Demo tutup TPL

MEDAN, GREENBERITA.com
- Masyarakat Adat Tano Batak, Petani, Perempuan, Mahasiswa, dan berbagai elemen Organisasi Masyarakat Sipil yang tergabung dalam Aliansi Gerak Tutup TPL menggeruduk kantor Gubernur dan DPRD Provinsi Sumatera Utara untuk mendukung dan bekerjasama dalam menyelamatkan Tano Batak menjadi ruang hidup yang aman dan nyaman bagi semua mahluk, pada Selasa, 24 November 2021.


Aksi yang dilakukan di Ibukota Provinsi Sumatera Utara ini juga serentak dilakukan di Ibukota Negara, Jakarta. Masyarakat Adat berbondong-bondong hadir ke Pusat-pusat Pemerintahan untuk menyampaikan tuntutan kepada Pemerintah agar menutup Perusahaan yang telah merusak tatanan kehidupan masyarakat adat di sekitaran Danau Toba, yaitu PT. TPL (Toba Pulp Lestari).


"Tano Batak yang indah penuh berkah oleh Yang Maha Kuasa dan diwariskan oleh nenek moyang. Danau, sungai, gunung, hutan mengandung banyak kekayaan. Jaminan masa depan, memberikan kehidupan untuk bangso Batak," ujar pimpinan aksi, Abdul Halim Sembiring.


Menurutnya, dari sawah dan ladang masyarakat adat ingin memetik makanan yang sehat. 


"Sumber daya alam dan tanah yang subur menjamin kehidupan hingga generasi yang akan datang. Tano Batak dianugerahi alam yang indah, Kawasan Danau Toba beruntung atas kemewahan itu. Namun sekarang Tano Batak tak luput dari bencana, semakin hari semakin terpuruk," jelasnya. 


"Air Danau Toba pun semakin surut. Salah satu penyebab keterpurukan Tano Batak adalah akibat dari aktivitas yang dilakukan oleh PT. Toba Pulp Lestari (TPL)," tambahnya lagi.


Sejak berdirinya tahun 1986, PT Inti Indorayon Utama dan kemudian berganti nama menjadi PT. Toba Pulp Lestari. Perusahaan ini telah memperoleh izin konsesi seluas 167.912 Ha. Izin yang berada di 12 Kabupaten di sekitaran Danau Toba tersebut telah merampas hak-hak masyarakat adat, petani, hak masyarakat umum atas lingkungan hidup yang baik dan sehat di Tano Batak.


"Beroperasinya PT. TPL telah mengakibatkan tatanan kehidupan masyarakat adat Batak Toba turut terpuruk. Kehidupan yang damai dan rukun di kampung-kampung dipecah – belah. Sumber daya alam yang melimpah hilang. Ancaman dan tantangan tak jarang terjadi. Alam pegunungan yang sebelumnya ditumbuhi oleh tanaman tanaman alam yang terbukti mampu menjaga kandungan air kini telah habis dikarenakan aktivitas pembukaan lahan yang dilakukan perusahaan," teriak Abdul Halim bersemangat.


Abdul Halim Sembiring menyayangkan kepada Pemerintah yang abai terhadap permasalahan ini. 


“Konflik seringkali terjadi karena tindakan provokasi dan adu domba oleh pihak PT. TPL. Sudah banyak masyarakat yang telah menjadi korban kekerasan, luka dan dipenjara. Tidak hanya itu, korban jiwa juga sudah ada. Tindakan kriminalisasi terus terjadi dialami masyarakat ataupun para aktivis yang membela masyarakat,” tegas Halim.


Karenanya, Aliansi Gerak Tutup TPL dengan tegas menyampaikan tuntutan-tuntutan nya yaitu:


1. Hentikan operasional PT Toba Pulp Lestari (TPL) di Tano Batak. 


2. Cabut izin Konsesi PT.TPL dari Tano Batak. 


3. Wujudkan Reforma Agraria sejati, kembalikan tanah-tanah adat kepada masyarakat adat.


4. Lindungi Kemenyan sebagai tanaman endemic. 


5. Hentikan kriminalisasi dan intimidasi kepada masyarakat adat.


6. Selamatkan Tano Batak dari limbah perusahaan-perusahaan yang merusak lingkungan Danau Toba.


7. Selamatkan hutan Tano Batak dari aktifitas penggundulan hutan.


(Gb-ferndt01)