Notification

×

Iklan

Iklan

Wahai Pemimpin Samosir, Hilangkan Kebencian dan Bersinergilah Untuk Rakyat

18 Okt 2021 | 11:32 WIB Last Updated 2021-10-18T04:48:10Z


Oleh Dr Pirma Simbolon
GREENBERITA.com - Sinergitas pembangunan  di Kabupaten Samosir kerap dilakukan oleh kepala daerah kepada tokoh dan pejabat nasional khususnya tokoh Batak baik yang berasal dari luar Samosir maupun putera Samosir.


Sinergitas itu mulai dilakukan oleh Bupati Samosir 2005-2015, Mangindar Simbolon ketika menjabat, salah satunya dengan menemui dan meminta dukungan pembangunan kepada anggota DPR RI Jafar Nainggolan periode 2009-2014 yang berasal dari Dapil (Daerah Pemilihan) Sumut I.


Walaupun bukan Dapil nya, namun Jafar Nainggolan dan Mangindar Simbolon bersepakat mencurahkan bantuan dari Kementerian Pertanian RI berupa ternak kerbau dan lembu beserta kandangnya kepada masyarakat melalui Dinas Pertanian Samosir 


Kemudian bersama anggota DPR RI (2019-2024), Sahat Silaban yang dapil nya adalah Sumut II bertemu Bupati Samosir Mangindar Simbolon, dengan mengusulkan perencanaan pembangunan jalan lingkar nasional di Samosir serta pembangunan rumah susun tenaga kesehatan di RSUD Hadrianus Sinaga.  


Untuk rencana ini, baik Sahat Silaban maupun Mangindar Simbolon menggandeng seorang anak Samosir Ir Ober Gultom MT,  yang ketika itu adalah salah satu Direktur di Kementerian PUPR.


Konon dari pertemuan tokoh Batak ini, dihasilkan pembangunan jalan lingkar Samosir serta pembangunan rumah susun tenaga kesehatan di RS Hadrianus Sinaga.


Pasca periodesasi kepemimpinan Samosir yang selanjutnya dipimpin oleh Bupati Samosir Rapidin Simbolon, perencanaan ini kembali ditindaklanjuti untuk segera disetujui anggaran nya oleh Kementerian PUPR dan lembaga yang lain yang terkait dengan itu.


Pertemuan pun kembali berlanjut ketika Bupati Samosir periode 2015-2020 menjamu Direktur Kementrian PUPR Ober Gultom di Kabupaten Samosir (photo terlampir).


Dari penjelasan diatas, ternyata kedua tokoh ini, baik Ober Gultom dan Rapidin Simbolon pernah bersinergitas untuk tujuan yang sama membangun Kabupaten Samosir, setidaknya pernah saling memuji untuk kebaikan Samosir.


Alangkah indahnya bila kedepannya, seandainya kedua tokoh ini tetap saling mendukung meskipun pernah saling berhadapan dalam pertarungan politik Pilkada 2020 lalu, meskipun tidak secara langsung.


Dalam birokrat atau dalam politik suatu ketika, sesama sahabat atau antara senior dan junior  akan berganti posisi (atasan menjadi bawahan, bawahan menjadi atasan atau adik kelas menjadi atasan atau mentor atau kawan menjadi lawan).


Itu adalah hal biasa terjadi dalam karir birokrat atau BUMN atau TNI Polri atau dalam politik sekalipun.


Hal Itulah menjadi salah satu contoh kisah sukses  yang dialami oleh Letjend TNI Dudung Abdulrahman ( Pangkostrad saat ini) dan juga yang dialami Jendral Pol Tito Karnavian (mantan Kapolri) dan banyak contoh lainnya.


Perubahan atau tukar posisi posisi tersebut tidak menghambat kedua sosok atau pribadi untuk saling bekerja sama dan tetap saling menghormati.


Kisah yang pernah dialami Pak Dudung dan Pak Tito , mestinya menjadi contoh yang bisa ditiru kedua tokoh ini yaitu Pak Rapidin Simbolon dan Ober Gultom dan anaknya Vandiko Timotius Gultom.


Jika kedua tokoh ini tetap bisa saling mendukung saya punya keyakinan, niscaya banyak kemajuan yang bisa diraih samosir. 


Politik itu 'dinamis' (meminjam istilah pak OG dalam komentarnya di salah satu grup WA), saat ini seteru, besok atau lain waktu mungkin menjadi pendukung utama.


Dalam politik tidak ada lawan atau teman abadi. Yang ada adalah kepentingan abadi.


Pertanyaannya adalah Apakah kedua tokoh ini memiliki kepentingan yang sama memajukan Samosir ? 


Jika ya, maka marilah bersinergilah, buang jauh jauh sinisme dan kebencian.

Ajak semua barisan untuk menghilangkan kebencian guna membangun Samosir yang lebih baik.


Pesan penting yang harus kita ingat selalu adalah,

'Jangan membenci musuh mu berlebihan siapa tau suatu saat nanti dia menjadi penolongmu.'


Salam bersaudara untuk Kabupaten Samosir yang jauh lebih baik.!


(Penulis adalah seorang akademisi disalah satu PTS di Jakarta)