Notification

×

Iklan

Iklan

Hanya Satu Kata dan Tak Pernah Terlambat: Tutup TPL

20 Agu 2021 | 10:13 WIB Last Updated 2021-08-20T03:13:48Z

Oleh Delima Silalahi, S.Si.,.M.Si

SAMOSIR, GREENBERITA.com- Sebulan ini sudah banyak diskusi tentang pemulihan hutan di Kawasan Danau Toba, khususnya di bumi Tapanuli.


Diskusi-diskusi ini diikuti dari berbagai kalangan, masyarakat adat, petani, pekerja NGO, akademisi, pengusaha dan banyak stakeholder lainnya. Semua prihatin dengan kondisi Tapanuli saat ini. Masih bersyukur, ternyata semakin banyak orang yang gelisah. Dan ingin melakukan sesuatu.


Salah satu biang kerok kerusakan hutan di Tapanuli diyakini adalah operasional TPL. Berlebihan kah tuduhan itu? Tidak.!


Di awal perusahaan itu memiliki 269.000 an hektar areal konsesi. Setelah 30 tahun mengalami revisi terus menerus hingga saat ini memiliki luas konsesi 167.000 hektar.


Ada 100 ribu hektar yang sudah dilepaskan dari konsesi. Tapi apakah 100 ribu hektar tersebut kembali dengan utuh seperti sedia kala sebelum diberikan ke TPL atau dulu Inti Indorayon Utama?


Sebagian besar sudah ditinggalkan dalam kondisi sudah berubah menjadi eukaliptus atau bekas eukaliptus. Sebut saja di Samosir, sampai sekarang kalau kita jalan dari Tomok menuju Tanjungan-Parmonangan- Ronggur Ni Huta, kita masih melihat tanaman monokultur  eukaliptus mendominasi di sana. 


Menurut masyarakat di sana dulu sebelum Indorayon di sana tumbuh berbagai tanaman pohon seperti sampinur, Ingul, Hariara dan pohon alam lainnya serta Pinus. 


Areal itu sudah ditinggalkan atau keluar dari konsesi  hampir dua dekade. Tapi bisakah hutan itu dipulihkan dengan segera? 


Siapa yang memulihkan? Indorayon ? TPL? Sukanto Tanoto? Karyawannya? Atau negara?


Dalam diskusi2, sebagian ingin melakukan pemulihan hutab-hutan kritis itu. Bahkan Pak Jokowi katanya mau datang menananinya akhir tahun ini. 


Enak ya jadi TPL?


Tapi sudahlah...


Yang menjadi refleksi bagi saya dari berbagai diskusi, termasuk tiga kali diskusi dengan Bapak Doni Munardo, komisaris utama Inalum, selalu muncul pertanyaaan apa yang kita tanam? 

Semua di daftar.....


Ada Sampinur Tali, Samapinur Bunga, Kemenyan, Enau, Hariara, Pongki, dan banyak jenis pohon-pohon alam yang dulu kaya di bumi Tapanuli itu. 


Sampai sekarang aku terdiam, dari mana kita datangkan lagi bibit  pohon-pohon langka itu?


Ah, seandainya dulu pemerintah bijakasana memikirkan masa depan bangsa ini, tentu kita tidak kehilangan kekayaan dan keanekaragaman  sumber daya alam di Tapanuli. 


Di mana sekarang ada sampinur-sampinur bahan baku kapal dan rumah adat itu? Kita datangkan dari mana? 


Terbersit tanya di benakku,  negara yang menghancurkan lewat kebijakannya di masa lalu, terus mengapa negara tidak memulihkannya saat ini juga lewat kebijakan baru?

Dengan mencabut Izin PT TPL. 


Mengapa Pak Presiden ketika berbincang empat mata dengan Togu Simorangkir,  masih mengatakan, "Susah menutup TPL,  karena itu perusahaan TBK?"


Memang tidak mudah, sejak awal kita semua tahu itu. Tapi setidaknya langkah ke situ ada. Presiden bisa mengatakan, "Kita akan lakukan audit menyeluruh terhadap perusahaan itu..!


Hasil audit menyeluruhlah yang akan mempermudah jalan penutupan perusahaan tersebut.  


Tentu audit harus dilakukan tim independen, dilakukan secara transparan. Semua data yang ada menjadi dasar untuk serius melakukan audit menyeluruh. Belum terlambat untuk membuat kebijakan baru menyelamatkan Tapanuli.


Kemaren 19. 632 bibit Enau sudah datang dari Banyumas. Menurut ahlinya itu bibit bagus, panen 5-6 tahun lagi. Aku pun berminat menanamnya di kebun ku yang sepetak.


Tapi selain menanam pohon-pohon itu, sekali lagi,  harus ada langkah lebih konkrit untuk memulihkan lingkungan di Danau Toba. Cabut Izin konsesi PT TPL. 


Karena kalau menanam pohon, kita bisa hitung ada puluhan atau sudah ratusan juta pohon yang ditanam baik dengan menggunakan anggaran negara, maupun swasta dan pribadi-pribadi. 


Bahkan menanam pohon menjadi latah dilakukan hampir setiap tahun, katanya di lahan-lahan kritis. 


Nyatanya kita berlomba menanam pohon, tapi perusahaan itu hanya hitungan tahun menghabiskan ribuan hektar pohon untuk bukaan baru. Dengan dalih itu wilayah konsesi.


Kita kembalikan kejayaan hutan Tapanuli dengan mengusir PT TPL dan perusahaan perusak hutan lainnya. 

Tidak ada kata terlambat untuk itu.!


Semangat pagi sepanjang haridan salam sehat selalu..


(Penulis adalah Direktur KSPPM dan aktivis lingkungan di KDT)