Notification

×

Iklan

Iklan

Seandainya Ada Kata Beliau, "Cukuplah Sudah TPL dan Aquafarm"?

14 Feb 2021 | 12:40 WIB Last Updated 2021-02-14T07:47:46Z

Ditulis oleh Sebastian Hutabarat

GREENBERITA.com -
Sebagai salah seorang yang bergerak di bidang usaha Pariwisata di Danau Toba, saya bisa membayangkan beberapa  keuntungan (salah satunya materi) dan masa depan yang lebih baik yang akan dinikmati oleh sebagian masyarakat di kawasan Danau Toba dengan program Pemerintah dan progresnya yang disampaikan Pak Luhut.


Dalam usianya yang sudah tidak muda, saya juga sangat menghormati dan mengapresiasi apa yang sudah dan masih terus diperjuangkan Pak Luhut untuk kawasan Danau Toba.

Dan dari hati yang paling tulus kami ucapakan hormat dari terima kasih.


Yang menarik dari video ini, kalau saya tidak salah dengar,  Pak Luhut juga menyampaikan lahan yang tadinya untuk program food estate, yang masih ada pohonnya (apalagi kemenyaan, red), supaya jangan ditebang.


(Dalam hal ini ketika dapat tugas memotret di Del, saya pernah menyaksikan langsung bagaimana marahnya Pak Luhut ketika ada orang memotong ranting pohon untuk memasang tenda di Del. Dengan marah Pak Luhut bilang, bawa kesana itu tendamu. Padahal utk keperluan wisuda anak anak Del).


Hal menarik lainnya di video ini Pak Luhut bilang kalau bisa program ini sampai 5000 ha, dan betapa ternyata itu tidak mudah.Ya, 5000 ha, sangat besar tentunya.


Saya jadi ingat beberapa kasus teman teman yang sama sama dapat beasiswa dari Negara di Universitas Kehidupan di Lapas Pangururan juga urusan tanah, tanah yang ukurannya hanya ratusan meter, bukan ratusan atau ribuan ha bisa sampai bunuh bunuhan hingga makan beberapa korban jiwa.


Nah yang paling menarik bagi saya, yang sayangnya tidak disinggung Pak Luhut di video ini, adalah soal seseorang bernama Tan Kang Hoo, alias Sukamto Tanoto yang dengan TPLnya bisa memiliki konsesi lebih dari 100.000 ha. ( Menurut Dimpos Manalu , pernah bahkan sampai 216.000 hektar)


Hutan sebesar itu yang dulu penuh dengan kayu kayu besar,sebagian besar ditebang lalu diganti dengan pohon eucalyptus yang katanya sangat rakus air lalu dengan truk over tonase diangkut ke pabriknya melewati jalan jalan umum yang dibangun dan dirawat dengan dana dari Pemerintah.


Kemanakah semua hasil kayu kayu besar puluhan ribu ha dari hutan Toba itu?

Kenapa seorang Tan Kang Hoo alias Tanoto bisa menguasai ratusan ribu ha hutan Toba sementara banyak masyarakat kita, Batak untuk mengelola satu ha saja susahnya minta ampun?


Adakah hubungannya ratusan ribu ha hutan Toba yang dikelola Tanoto ini dengan rumah seharga 6.000.000.000.0000 (6T) yang dia beli di Jerman yang sedang heboh setelah ditulis majalah Tempo itu?


Sampai sekarang kami (masyarakat) belum mengerti kenapa Tan Kang Hoo atau Tanoto dengan TPLnya,  bagaikan raksasa yang tidak tersentuh? Yang bahkan kita dan Pemerintah seolah harus mengemis darinya agar beberapa luas areal konsesinya bisa dikembalikan menjadi Tanah Batak untuk dihutankan kembali?


Penyakit kronis lainnya'yang semoga Pak Luhut juga tidak lupa adalah soal Aquafarm dan jaring apung lainnya,yang bahkan menurut Bang Dunia diakui sebagai sumber utama pencemaran Danau Toba.


Saya sangat kagum dan menaruh respek ketika Pak Luhut berkata 'cukup sudah'. Kepada perusahaan Free Port di Irian.


Kita sangat berharap jika hal yang sama bisa Pak Luhut (Dan kita mayoritas Batak), berkata hal yang sama kepada TPL, Aquafarm dan aneka perusahaan perusak Toba lainnya.


Cukuplah sudah, ijinkan kami kembali mengelola warisan leluhur kami dan warisan Tuhan ini sesuai kehendakNYA.Salam Hormat dan Selamat Hari Minggu buat kita semua.

Rap marende ma hita, O Tano Batak....

Sebastian Hutabarat pun akhirnya menutup tulisannya.***