Notification

×

Iklan

Iklan

Wakapolda Sumut: Guru Memiliki Tugas Termulia Sekaligus Tersulit

25 Nov 2019 | 16:49 WIB Last Updated 2019-11-25T09:49:48Z
Wakapolda Sumut, Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto Hari Guru Nasional ke-74, di Lapangan Apel Yaspendar.
MEDAN, GREENBERITA.com || Wakapolda Sumatera Utara (Sumut) Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto menyampaikan, bahwasanya guru Indonesia memiliki tugas yang termulia sekaligus yang tersulit. Hal ini karena guru bertugas untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan.

"Guru ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas. Tetapi waktu anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas," ungkapnya saat menjadi Pembina Upacara Hari Guru Nasional Ke-74, di Lapangan Apel Yayasan Pendidikan Harapan (Yaspendar), Senin (25/11/2019).

Lebih lanjut, membacakan amanat Kemendikbud RI, Mardiaz menyebutkan, guru mengetahui betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian. Tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan.

Ia menjelaskan, guru juga ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya. Tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan tersebut. "Kemudian guru juga tahu bahwa di dunia nyata, kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghafal," jelasnya yang dlansir dari Medanbisnisdaily.com .

Mardiaz melanjutkan, guru juga tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi. Guru ingin setiap murid terinspirasi, tetapi tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi.

"Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, kita akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia," tuturnya.

Mardiaz mengatakan, Kemendikbud RI juga menekankan, demi perubahan kecil di kelas, ia mengimbau kepada guru untuk mengajak murid berdiskusi, bukan hanya mendengar. Guru juga diminta merikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas, cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas, hingga menemukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri.

"Sebagai generasi millenial yang mengikuti perkembangan zaman, para murid (memang) lebih cenderung memikirkan individualnya saja. Namun generasi millenial juga memiliki rasa percaya diri, dan senang mengekspresikan diri, serta tidak ketinggalan teknologi, sehingga harus dapat memanfaatkan perkembangan zaman secara positif," terangnya.

Selain itu, dalam kesempatan ini Mardiaz juga menyampaikan agar sekolah dapat menyisihkan sedikit anggarannya untuk melakukan pengecekan tes narkoba terhadap Anak muridnya. Kepada para murid, baik SD, SMP, dan SMA, ia mengimbau agar bisa membentuk karakter yang baik guna terjauhi dari hal-hal buruk seperti geng motor dan lainnya.

"Kepada para guru apabila mendeteksi adanya paham radikal yang masuk kesekolah, agar segera dilakukan penelitian dan pencegahan. Namun apabila guru tidak mampu, supaya bisa langsung dilaporkan kepada Kepolisian untuk dilakukan tindak lanjut," pungkasnya.

Turut hadir dalam kegiatan ini Ketua Yaspendar Medan Dr Tapiron Dang Niburan, SE, MSi, Dir Binmas Polda Sumut, Kasat Binmas Polrestabes Medan, Kasat Lantas, Polrestabes Medan, Kapolsek Medan Kota, seluruh guru Yaspendar Medan, wali murid, para siswa dan lainnya.

(rel/Ars)