Notification

×

Iklan

Iklan

Sinkhole Kembali Terjadi di Dairi

21 Nov 2019 | 10:46 WIB Last Updated 2019-11-21T03:46:31Z
Sinkhole Tanah di belakang rumah warga tiba-tiba amblas membentuk sinkhole dengan diameter 8 meter dan kedalaman 15 meter. Tanah amblas ini terjadi setelah hujan deras melanda kawasan itu pada 17 November 2019 lalu, menyebabkan 4 rumah warga rusak
DAIRI, GREENBERITA.com || Fenomena alam kembali terjadi di Dusun Kutanangka, Desa Kempawa, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Lubang besar dengan kedalaman 15 meter berdiameter delapan meter muncul di permukiman warga, menyebabkan 4 rumah amblas.
Kepala BPBD Dairi, Bahagia Ginting menyebutkan, lubang misterius sudah 3 kali muncul di Kabupaten Dairi. “Kemunculan lubang merupakan yang ketiga kalinya terjadi di kawasan tersebut. Saya menyebutnya fenomena alam, yakni sinkhole. Kita belum bisa pastikan apa penyebabnya, karena butuh kajian dari ahlinya,” ujar Bahagia Ginting yang dilansir dari Sumutpos.com , Rabu (20/11).
Pihaknya sudah menyurati Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar menurunkan tim ahli guna meneliti faktor penyebab kemunculan lubang yang terjadi Minggu (17/11). “Pada Agustus lalu kita sudah buat surat ke Kepala BNPB, mohon bantuann
untuk dikirimkan tim ahli untuk mengecek apa yang menyebabkan kemunculan sinkhole,” jelasnya.
Kemunculan lubang misterius pertama terjadi pada tahun 2016. Lubang dengan kedalaman 4 meter dan diameter 2 meter muncul di tengah gedung Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Kutanangka, Desa Kempawa. Bagian lantai gereja tersebut amblas.
Peristiwa kedua terjadi pada 2018. Ukuran lubang yang muncul hampir sama dengan yang pertama. Lubang itu muncul di daerah perladangan warga yang lokasinya masih di dusun dan desa yang sama.

Terakhir, lubang ketiga yang muncul di permukiman Dusun Kutanangka, Desa Kempawa, Kecamatan Tanah Pinem. Lokasinya juga bisa dikatakan berdekatan dengan lubang pertama dan kedua.
Pada kejadian ketiga ini, tidak ada korban jiwa. Namun empat keluarga terpaksa mengungsi.
Beruntungnya, empat rumah yang tercakup dalam radius lingkaran lubang hanya rusak pada bagian belakang saja. Kini, keempat keluarga yang menghuni rumah-rumah tersebut sudah mengungsi ke rumah tetangga.
“2019 sekarang ini di permukiman. Sebenarnya lokasinya berdekatan. Agak unik ya saya katakan. Kok bisa muncul lubang,” ujar Bahagia Ginting.
Dia berharap BNPB segera mengirimkan tim ahli agar dapat meneliti faktor penyebab munculnya lubang. Dari situ, BPBD juga bisa menyiapkan langkah antisipasi agar tidak jatuh korban jiwa.
“Itulah yang kita butuh, jawaban dari pertanyaan itu. Kalau surat itu belum digubris, nantinya akan kami buatkan surat lagi melalui Pak Bupati,” sebut Bahagia.
Informasi dihimpun, tanah amblas terjadi setelah hujan deras yang melanda kawasan itu pada 17 November 2019. Akibatnya terbentuk lubang dengan diameter 8 meter dan kedalaman 15 meter di sana.
Bagian dapur rumah warga ikut amblas. Demi keselamatan, empat keluarga penghuni rumah di sekitar lubang harus mengungsi ke kediaman tetangga yang dinilai lebih aman.
Sementara itu, sesuai prakiraan Badan Metreologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, beberapa wilayah di Sumatera Utara (Sumut) berpotensi mengalami curah hujan kategori menengah hingga tinggi, yang akan berdampak pada pemukiman, lahan pertanian, perkotaan, dan infrastruktur lainnya.
Untuk itu, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi kembali mengeluarkan surat edaran bernomor 360/11239/2019 tertanggal 29 Oktober 2019 ke seluruh bupati dan wali kota terkait peringatan dini dan antisipasi potensi banjir dan gerakan tanah.
“Atas dasar itu selanjutnya diminta kepada bupati/wali kota untuk melakukan sosialisasi kesiapsiagaan antisipasi banjir atau longsor kepada masyarakat, terutama di kawasan daerah aliran sungai (DAS) dari hulu hingga hilir,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Riadil Akhir Lubis menjawab Sumut Pos, Rabu (20/11).
Bupati dan wali kota se-Sumut, kata dia, diminta menyiagakan sumber daya perangkat daerah, masyarakat dan dunia usaha guna antisipasi terjadi bencana banjir atau longsor di wilayah masing-masing. Terutama di kawasan yang rawan terjadi bencana akibat curah hujan yang tinggi.
“Poin berikutnya, seluruh kepala daerah di Sumut diminta menata kembali kawasan perumahan, pemukiman, pertanian dan bangunan lain yang berada pada kawasan atau daerah rawan banjir dengan memedomani RTRW,” katanya.
Di samping itu, diinstruksikan Gubsu pula, agar pemda dapat mengendalikan izin mendirikan bangunan (IMB) sesuai Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pada masing-masing wilayahnya. Kemudian memprioritaskan anggaran untuk kepentingan mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini dan kedaruratan penanggulangan bencana di masing-masing wilayah.
“Dimintakan juga untuk selalu melakukan pengawasan atau pemantauan terhadap kegiatan yang berpotensi pada alih fungsi hutan. Melaporkan upaya kesiapsiagaan antisipasi banjir yang sedang dan akan dilaksanakan di wilayah rawan banjir dan longsor kepada pemerintah provinsi. Lalu membuat posko 24 jam di wilayah masing-masing, dan senantiasa menyiapkan SDM (Satgas), logistik dan peralatan,” papar mantan kepala Bappeda Sumut itu.
Pada bagian akhir surat edaran Gubsu, diharapkan kepada seluruh kepala daerah dan jajarannya supaya memanfaatkan informasi dan publikasi cuaca dari BMKG, serta yang terpenting cepat untuk saling berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, Basarnas dan TNI/Polri.
“Mengenai data BMKG terhadap kabupaten/kota di Sumut yang rawan terjadi banjir dan longsor akibat curah hujan yang tinggi selama periode November-Desember ini, hampir semua daerah ada dalam daftar tersebut. Termasuk kemungkinan terjadi gerakan tanah pada daerah-daerah dataran tinggi seperti Karo, Dairi, Mandailing Natal dan Kepulauan Nias,” kata Riadil. 
(ars)