Notification

×

Iklan

Iklan

Dinkes Samosir Akan Periksa Perawat Puskesmas Sitiotio Yang Telantarkan Pasien

20 Jun 2019 | 15:27 WIB Last Updated 2019-11-10T13:31:30Z
Kadis Kesehatan Samosir, Dr.Nimpan Karokaro
PANGURURAN,GREENBERITA.com- Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir menyatakan  kekecewaanya atas pelayanan seorang bidan bermarga H dari Puskesmas Sitiotio yang melakukan penelantaran  dan meninggalkan pasien yang dirujuknya begitu saja di RS. Hadrianus Pangururan Kabupaten Samosir pada Rabu, (19/6/2019).

Kedepannya, Kepala Dinas Kesehatan Samosir, Dr. Nimpan Karokaro mengaku akan memanggil Kepala Puskesmas Sitiotio dan bidan tersebut untuk diperiksa dan dilakukan peneguran atas kelalaiannya.

"Kebetulan saya lagi tugas luar, tapi kita akan memanggil Kapus Sitiotio dan bidan tersebut pada hari Senin nanti untik diperiksa sekaligus dilakukan peneguran atas sikap lalai yang bersangkutan ketika melakukan tugasnya membawa pasien yang dirujuk ke RS. Hadrianus Sinaga kemarin," ujar Dr.Nimpan Karokaro ketika dikonfirmasi greenberita.com melalui selulernya pada Kamis, (20/6/2019).

Sementara itu, penelantaran pasien yang dilakukan oknum bidan puskesmas ini juga disayangkan oleh LSM. Gracindo Samosir.

"Perawat pendamping tersevut wajib dikenai sanski karena menelantarkanpasien rujukannya. Kedepannya berharap ini tidak lagi terjadi di Dinas Kesehatan Samosir," ujar Parlin Tinambunan, Ketua LSM. Gracindo Samosir.

Kejadian ini bermula ketika Risda Simbolon, ibu empat anak, Warga Desa Cinta Maju Kecamatan Sitio-tio, Kabupaten Samosir Sumatera Utara, dirujuk ke Ruang ICU RSUD Hadrianus Pangururan, Samosir, Rabu (19/6/2019).

Dia berharap cepat ditangani dokter karena sudah lelah akibat kurang darah, namun langsung ditinggalkan perawat yang membawanya dari Puskesmas Sitiotio.

"Dang tahan be ahu (enggak tahan aku)", ujarnya dengan dialek Bahasa Batak.

Risda mengatakan, sudah empat hari jatuh sakit. Lalu berobat ke Puskesmas Sitio-tio Samosir, hingga akhirnya dirujuk ke RSUD Hadrianus Rabu 19 Juni Pagi hari karena tidak kuat menahan rasa sakit.

Risda mengaku mengalami vertigo dan lemah akibat sakit dan kekurangan darah yang dideritanya.

Tampak anak laki-lakinya tidak bisa berbuat apa, selain hanya mengusuk kepala ibunya yang mulai ditumbuhi uban itu.

Sedangkan ayahnya sibuk mencari air hangat dan makan siang untuk minuman istrinya karena terus merintih hingga membuat anaknya kebingungan.

Risda mengaku telah menjalani pemeriksan dari petugas medis di rumah sakit pemerintah itu pada Pukul 11.00 WIB. Namun, mereka tidak tahu harus kemana selanjutnya apalagi tidak ada bimbingan dari perawat yang mendampinginya dari Puskesmas Sitiotio karena langsung pulang.

Usai pemeriksaan, mereka dianjurkan menemui dokter neuro berkaitan dengan penyakit yang dideritanya.


Karena tidak ada petugas perawat yang mendampinginya dari Puskesmas Sitiotio untuk mendaftar ke Poliklinik RS.Hadrianus Sinaga sampai akhir jam pendaftaran, sehingga pasien tidak bisa ditangani dokter spesialis neurologi.

Sementara itu, staf medis IGD RS. Hadrianus Sinaga juga menyesalkan sikap perawat Puskesmas Sitiotio yang bekerja tidak sesuai tupoksinya.

"Seharusnya yang mendampingi untuk mendaftar ke poliklinik adalah bidan desa yang mengantar pasien Risda tadi pagi. Ketika kami contohnya mengantarkan pasien yang dirujuk ke Medan dari RS.Hadrianus, kami tidak bisa meninggalkan pasien yang kami bawa sebelum ada serah terima dan diijinkan oleh staf medis RS yang dituju itu untuk pulang. Tadinya kami berharap perawat yang mendampingi melakukan pendaftaran ke poliklinik bagian neurologi, karena kami pun sedang sibuk melayani pasien lain dan keluarga pasien itu pun sedang membelikan makanan kepada pasien, tapi ternyata perawat itu langsung pulang," ujar seorang sumber sumber disana.


(gb-ferndt)