Notification

×

Iklan

Iklan

Lebaran, Baju Baru Jadi Simbol Status Sosial

6 Jun 2019 | 10:25 WIB Last Updated 2019-11-10T13:48:30Z
JAKARTA, GREENBERITA.com - Namanya lebaran pasti identik dengan memakai baju baru. Padahal, Islam hanya menganjurkan untuk mengenakan pakaian terbaik saat Hari Raya Idul Fitri.

Kebanyakan masyarakat Indonesia mengartikan baju yang terbaik itu dengan baju baru. Pengamat sosial budaya Universitas Indonesia, Devie Rahmawati menjelaskan, baju baru merupakan simbol dari semangat baru.

"Di banyak tradisi, agama maupun budaya, memakai pakaian baru menjadi simbol semangat baru, kesucian, dan sebagainya," kata Devie

Bukan hanya baju, 'baru' juga dimanifestasikan dalam bentuk lain seperti mengecat rumah dengan warna baru, ponsel baru, dan telepon baru.

Selain itu, serba baru ini juga memiliki pesan sosial untuk menunjukkan status sosial di masyarakat saat momen Hari Raya Idul Fitri.

Pada masyarakat komunal atau dengan budaya ketimuran seperti Indonesia, seseorang dilihat melalui apa yang dimilikinya atau material termasuk baju baru. Berbeda dengan masyarakat individualis yang melihat seseorang berdasarkan kompetensinya.

"Ini makanya jelang mudik pasar ramai, toko emas laku, mobil bekas laris manis. Karena ini menjadi sesuatu yang penting sehingga diburu masyarakat. Ada kebutuhan simbolik yang menyatakan saya berada di kelompok sosial tertentu," tutur Devie.

Sependapat dengan Devi, sosiolog Dwi Winarno menyebut, baju baru yang dikenakan saat Lebaran juga menjadi sarana bagi seseorang untuk menunjukkan status sosialnya. Pasalnya, baju yang dikenakan seseorang dapat membentuk pandangan masyarakat terhadap seseorang.

"Baju baru juga jadi bentuk mengekspresikan keglamoran dan kesombongan diri," kata Dwi.

Momen ini dimanfaatkan oleh produsen kapitalis untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sehingga, dampak positifnya, sering kali Hari Raya jadi momen kebangkitan ekonomi.

Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga budaya lain seperti hadiah Sinterklas saat Natal.

"Apa pun bentuknya, seperti kemewahan atau lainnya tidak masalah. Justru menumbuhkan ekonomi, pengusaha pakaian tumbuh bagus, semua bisa saling melengkapi," tutur Dwi seperti dilansir dari cnnindonesia.com.(rel-marsht)