Notification

×

Iklan

Iklan

Beban Kerja Besar, UPT Cipta Karya Siantar Kekurangan SDM

31 Okt 2018 | 21:13 WIB Last Updated 2018-11-06T14:56:47Z
Sari Simanjuntak (kanan) memberikan keterangan, Rabu (1/11).

SIANTAR, GREENBERITA.com-Beban Kerja di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Cipta Karya Siantar cukup besar, dengan fungsi keciptakaryaan meliputi wilayah Siantar, Simalungun, Batubara dan Tebing Tinggi. Namun sumber daya manusia (SDM) yang tersedia sangat rendah dari segi kuantitas dan kualitas.

Hal ini dibeberkan Kepala UPT Cipta Karya Siantar, Sari bou Simanjuntak ST MT kepada sejumlah wartawan di ruang kerjanya, Jalan Merdeka, Siantar, Rabu (31/10/2018) siang.

Menurut Sari yang belum setahun menjabat, UPT yang dia pimpin merupakan bagian dari Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Sumut.

Saat mulai bertugas, dia melihat kurangnya personel dan rendahnya kualitas SDM yang tersedia.
Jumlah pegawai saat dia datang 19 orang, di antaranya 5 orang merupakan tenaga honorer, sisanya merupakan PNS. Dari sisi kompetensi juga sangat rendah, di mana hanya ada 4 sarjana teknik, satu D3 teknik, sisanya SMA, STM dan SMP.

Melihat beban kerja cukup besar, dia mengusulkan penambahan pegawai ke dinas. Dua orang sarjana teknik kemudian diberikan. Kini jumlah pegawai sebanyak 21 orang. Sari mengaku jumlah itu belum memadai. Dia masih sangat membutuhkan pengawas minimal 7 orang, dengan latar belakang sarjana teknik. Sebab pengawas yang ada saat ini cuma 5 orang dan lulusan SMA.

“Dari sisi kualitas, masih rendahnya SDM di bidang pengelolaan administrasi surat menyurat, kepegawaian, keuangan maupun teknis sistem penyediaan air minum, penyehatan lingkungan, penataan bangunan dan pengembangan permukiman,” ujarnya.

Sari menyebutkan, satu kegiatan mesti diisi satu orang Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), satu orang Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), satu orang direktur teknik dan dua orang pengawas. Problem di UPT Siantar, dua atau tiga kegiatan terpaksa dipegang satu orang PPTK.

Untuk mengatasi persoalan ini, dia melakukan upaya di antaranya melakukan edukasi internal. Dia rutin membuat rapat setiap minggu dengan semua pegawai. Sari bertindak sebagai mentor, mengajari semua pegawai tentang administrasi, teknik, komputer hingga penguasaan software dan back up data.

"Ada seorang pengawas bermarga Sihombing, yang maaf, sebelumnya tak tahu apa-apa, sekarang sudah mampu mengawasi dan menguasai pembuatan back up data," katanya.
Upaya berikutnya mendorong pendidikan dan pelatihan (diklat) terhadap para pegawai. Dia meminta kepada dinas di provinsi agar mengabari kalau ada diklat-diklat pegawai. Penting kata Sari, pegawai memiliki kemampuan dan sertifikasi semisal untuk pengadaan barang dan jasa.

"Hanya ada dua orang yang memiliki sertifikasi pengadaan barang dan jasa, untuk bisa jadi panitia, PPTK. Selain saya ada satu orang lagi," tukasnya.

Lalu terakhir, jangka panjang dengan memaksa para pegawai untuk sekolah. Pegawai yang SMA misalnya didesak untuk kuliah sarjana teknik. Terlepas dari sumber biaya sendiri atau beasiswa, dia mendorong dan memfasilitasi pegawai melanjutkan pendidikan. (ril)