Notification

×

Iklan

Iklan

Parapat ku Sayang, Ohh Parapat ku Malang

14 Mei 2021 | 18:37 WIB Last Updated 2021-05-14T12:02:02Z

Banjir bandang air bercampur lumpur dan pecahan pecahan kayu kembali melanda Kota Wisata Parapat Danau Toba pada hari Jumat 13 Mei 2021.

(Oleh Paianhot Sitanggang, SPd, MM)

GREENBERITA.com - Banjir bandang air bercampur lumpur dan pecahan pecahan kayu kembali melanda Kota Wisata Parapat Danau Toba pada hari Jumat 13 Mei 2021.


Banjir bandang ini adalah sudah kesekian kalinya terjadi.

Menurut informasi teman-teman lembaga KSPPM, Delima Silalahi bahwa kamu kerusakan lingkungan sudah terjadi di sekitar Sitahoan, Dolok Parmonangan, Dolok Sigualon, Sibatuloting, dan Simumbang dengan kondisi hutan yang sangat memprihatinkan.


Sebagai informasi, pada saat sekitar 4.5 km dari titik banjir terdapat konsesi PT Toba Pulp Lestari (TPL). Padahal di sana terdapat beberapa anak sungai yang mengalir ke Danau Toba.


Selain konsesi PT TPL, di sekitar lokasi-lokasi tersebut juga banyak praktek penebangan pohon yang dilakukan perusahaan-perusahaan local. Bahkan di daerah Sitahoan juga waktu itu terdapat Sawmill milik pengusaha dari Siantar. 


Kerap ada berita perambahan hutan di sana, tapi sayangnya jarang sekali pihak yang berwajib mengambil tindakan tegas. Mereka bebas berkeliaran.


Belum lagi pembangunan rumah makan dan kedai pas di tepian jurang sepanjang jalan lintas Parapat sampai dengan simpang tiga menuju tigarunggu dari arah Parapat, sewaktu waktu bisa saja terjadi ketika terjadi Hujan Deras maka seluruh bangunan di Tepi Jurang itu akan mudah untuk diterjang Banjir Bandang yang lebih besar dan semoga tidak terjadi.


Kota Parapat ini merupakan salah satu daerah yang kurang perhatian dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.


Jalan disana pun tidak tidak mengalami perubahan.


Sementara penanaman pohon ditebing-tebing atasan juga sangat jarang dilakukan dan bahkan di belakang perbukitan itu terdapat areal Hutan Ecualyptus yang sangat luas.


Jika kita melewati jalan alternatif ke Girsang dari Arah Tiga Balata, betapa hutan itu sudah habis dan diganti dengan tanaman Ecualyptus.


Penataan Kota Parapat juga kurang mendapatkan perhatian, seperti aliran sungai, penataan bangunan dan sebagainya.


Dan pada siapa kah kita mengadu?


Pemerintah sedang investasi besar untuk membangun berbagai Infrastruktur yang mahal di berbagai titik di Danau Toba, seperti pelabuhan Fery, jalan, dan Juga Sarana dan Prasarana Wisata berkelas dunia.


Tetapi apakah tidak ada sebuah kebijakan holistik untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang kian menguatirkan ini? 


Dan yang paling menguatirkan sebetulnya adalah akan adanya korban jiwa atas berbagai bencana banjir yang terjadi, padahal korban tersebut tidak berdosa dan bahkan tidak merusak lingkungan itu.


Parapatku Sayang, Ohh Parapatku Malang..


Aku hanya berdoa padamu, semoga dengan kejadian ini semua pihak segera bergerak serius.



(Penulis adalah aktivis pendidikan / sumber Foto Richard Sidabutar, Suhunan Situmorang)