Notification

×

Iklan

Iklan

SAMOSIR, Sang Negeri Hebat

10 Nov 2019 | 21:36 WIB Last Updated 2019-11-10T16:04:36Z
Oleh Bachtiar Sitanggang

GREENEBERITA- Kabupaten Samosir itu memang “Negeri Hebat”, tetapi berani menyebut “kepingan surga”, padahal surga itu milik Yang Maha Kuasa, kalau dikeping-keping awas amarahNya loh..?

Kalau begitu, mengapa disebut Samosir “Negeri Hebat”? Ada alasannya, diterima atau tidak terserah itu urusan masing-masing.

Pernahkah tahu menjelang Pilkada DKI Jakarta, seorang perwira berpangkat melati satu pensiun dini karena dia mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta?

Bandingkan dengan Samosir yang adalah tingkat Kabupaten, seorang jenderal bintang dua TNI dan pejabat Kejaksaan Agung RI berlomba mencalonkan diri  jadi Bupati. 

Betapa hebatnya Samosir, tingkat kabupaten dengan PAD minim, tanah tandus dan bagian dari “Tapanuli Peta Kemiskinan” bintang-bintang dua turut ambil bagian dalam “perebutan kursi Bupati” pada Pilkada 2020 mendatang.

Luar biasanya, ada Balon lain yang kelahiran Granada berdarah Spanyol yang menurut informasi sudan WNI dan menikah dengan wanita Samosir juga ikut mendaftar bupati. Wah, betapa hebatnya Negeri Samosir ini bah.

Ada lagi anak muda, 28 tahunan, mau mencalonkan diri kalau hasil survey mendukung, artinya tidak asal maju “gogo pullang”, tetapi analitis sesuai dengan perkembangan dan keinginan masyarakat.

Sesuai Undang-undang, petahana masih dimungkinkan periode berikutnya, pasangan abadi itu “utuh” dan tentunya menambah keyakinan pendukung untuk melanjutkan “berkat” selama lima tahun lalu. 

Sebaliknya bagi  yang tidak kebagian apa-apa akan berusaha mengakhiri “penderitaan” berkepanjangan itu, sah-sah saja di negara demokrasi Pancasila ini.

Menelisik tokoh-tokoh yang membuat Samosir sebagai Negeri Hebat menjadi perbincangan menarik. 

Pertama, adalah Mangihut Sinaga SH MH, mantan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulawesi Utara, di korps adyaksa. Kajati itu bintang dua, setara dengan Kapolda.

Marhuale Simbolon, purnawirawan TNI-AL pangkat Laksamana Muda (bintang dua) turut mendaftarkan diri jadi calon, padahal Kabupaten itu level melati dua.

Menjadi perbincangan juga, apa yang dicari kedua tokoh ini? Tidak perlu dijawab, itu urusan pribadi. Semakin banyak calon semakin banyak pilihan masyarakat, walaupun masyarakat mungkin harapkan “main uang”. 

Tokoh-tokoh senior ini mudah-mudahan serius serta benar-benar melayani masyarakat, jangan menganggap tugas bupati itu “daon lalap” kalau terpilih. Dan juga tidak dijadikan pengisi waktu di masa tua, karena sudah banyak duit “pasonang-sonangkon”.

Ada juga baiknya para senior ini, sudah kaya dari “perantauan” waktunya mengabdi ke kampung halaman, tidak perlu lagi “main proyek” dan “jual jabatan”.

Sebagai bupati beda dengan jaksa dan tentara, kalau di “seberang sana” pangkat yang berkuasa dan memerintah, sebagai pamong justru nurani yang bicara, kecuali kalau jiwa koruptif ya..

Saat ini perhatian lumayan banyak tertuju ke Calros Melagres Varon, yang merinding kalau menyanyikan Indonesia Raya, tetapi itu saja tidak cukup alasan untuk jadi pelayan di Samosir. Mungkin dari sportivitas, dia hebat sebagai mantan pemain bola yang selalu taat aturan di lapangan hijau. 

Masalahnya, apakah dia mampu membuat aturan  dalam memerintah dan membangun Samosir? Ya, kalau orang Samosir mau merasakan diperlakukan seperti bola, boleh juga dicoba lima tahun. Tapi dalam kaitan ini ada yang mengingatkan agar direnungkan umpasa/umpama ni natua-tua yang berkata “unang pinalua lomok-lomok pinamasuk anak ni aili”, masih adakah yang bisa menerjemahkannya, silahkan terjemahkan sendiri hanya untuk diketahui sendiri.

Terakhir, balon Bupati Samosir adalah Vandico Timotius Gultom si anak muda yang belum berkeluarga ini menjanjikan memberikan beasiswa kepada anak-anak Samosir untuk program S2 dan S3, bebas iuran BPJS dan menyediakan pupuk dan bibit tanaman kepada petani. 

Janji yang menggiurkan memang., 
Selama ini hampir tidak terdengar hal-hal seperti itu, Pemkab saja masih menerima sumbangan sepatu sekolah untuk anak miskin, boro-boro membiayai S-2 dan S-3. 
Pupuk dan bibit, tanaman apa yang cocok ditanam di Samosir sampai saat ini Pemda tidak tahu, jauh lebih hebat era Nahum Situmorang “gok di hassang, nang eme nang bawang”, sekarang telur saja sudah “import”.

Tentang petahana, jelas masyarakat lebih tau.! Pembangunan tersebar  di mana-mana, bedah rumah, jalan-jalan dibenahi pasca Presiden Joko Widodo menginjakkan kaki di Samosir. 

Pilihan di tangan rakyat, “ida-ida na bosur, jora-jora na male”, silahkan menggunakan nurani masing-masing.

(Penulis adalah wartawan senior dan advokat berdomisili di Jakarta)