Notification

×

Iklan

Iklan

Melani Butarbutar, Sosok Kontroversial Namun Tegas dan Pro-Rakyat

24 Mar 2019 | 11:37 WIB Last Updated 2019-11-10T13:59:00Z
Melani Butarbutar
PANGURURAN,GREENBERITA.com - Setelah tamat dari pendidikan APDN, Danny Melani Michler Hotpantolo Butarbutar atau biasa disebut Melani Butarbutar mengawali karir sebagai CPNS tahun 1976 di kantor Camat Simanindo Ambarita (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) dengan pangkat/golongan Juru Muda Tingkat I (I/b), pada Februari tahun 2017 lalu. Bahkan sampai akhirnya memasuki purna bakti (pensiun) sebagai Aparatur Sipil Negara, Melani Butabutar tetap mengabdi untuk Kabupaten Samosir tercinta.

Ia telah mengabdi kepada negara selama 40 tahun dengan pangkat (pensiun) terakhir adalah Pembina Utama Madya (IV/d). Terakhir kalinya bertugas ia menjabat sebagai Staf Ahli Bupati Samosir, dan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Samosir dari November 2014 sampai Januari 2017.

Selama 40 tahun bekerja penuh sebagai pegawai pemerintah, Melani Butar-butar selalu memberikan waktunya untuk langsung berhubungan dan melayani kebutuhan serta aspirasi rakyat Samosir.

“Terakhir menjelang pensiun sebagai Kadisdukcapil, disitulah saya merasakan bagaimana nikmatnya melayani warga secara langsung dengan hati tulus. Dengan motto "Dukcapil Bisa, Melayani Setulus Hati", saya sungguh-sungguh memberi perhatian tanpa pamrih, yang penting bagi saya waktu itu, masyarakat mendapat haknya secara gratis (dokumen kependudukan,red) dan tepat waktu,” ujar Melani Butarbutar ketika ditemui Greenberita pada Sabtu, (23/3/2019) dikediamannya, Desa Ambarita, Simanindo, Kabupaten Samosir.

Pasca Pensiun, Melani Butarbutar merasa diberi kesempatan untuk bergabung dalam aktivitas kemasyarakatan, dari mulai bersama istri tercinta untuk hadir dalam pesta adat, acara suka/duka, bergabung dengan komunitas pemuda, desa, gereja juga pelaku pariwisata, serta aktif menyampaikan ide pemikiran positif di media sosial seperti fb, grup WA untuk sekedar memantau perkembangan informasi sosial, ekonomi, dan politik.



Semasa masih aktif menjadi PNS, ada beberapa partai politik yang memintanya untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, namun semua ditolaknya sampai Melani menuntasakan tugasnya sebagai abdi negara PNS.
Baru setelah pensiun, didukung rekan dan sahabat yang mempertimbangkan pengalamannya di pemerintahan, Melani Butarbutar akhirnya berminat mencalonkan diri sebagai calon legislatif.

Bahkan, dalam pencalegannya Melani Butarbutar menjunjung tinggi beberapa norma sosial seperti tidak menggunakan money politik, bagi-bagi uang karena kita tidak memiliki uang banyak apalagi jangan sampai ngutang atau pinjam duit dari bank atau sponsor.

Tidak ambisius. Berharap menang itu boleh dan sah-sah saja tapi jangan berakibat bila kalah langsung stress atau sakit.



Bertekad bilaa nanti menang dan duduk sebagai legislatif akan melayani warga masyarakat sesuai kemampuan, bukan untuk ngumpul harta pribadi agar kaya tetapi membantu masyarakat dan konstituen.

Saluran Berkat bagi Warga

Terkait pencalegannya, Melani Butabutar menganggap dirinya harus menjadi saluran berkat bagi warga dan lingkungannya.
Melani Butarbutar
“Inilah kesempatan untuk melayani warga secara langsung sebagai penampung dan penyalur aspirasi rakyat, bukan semata untuk kepentingan pribadi/keluarga
setelah 40 tahun lebih sebagai warga pemerintahan/loyalis penguasa,” ujar Melani.

Mengusung slogan, “Melayani Sepenuh Hati,  Menjadi Berkat dan Saluran Berkat bagi Warga (iman Kristiani)”, Melani Butarbutar akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada Partai Nasional Demokrat (Nasdem) sebagai pengusung pencalegannya untuk DPRD II, di dapil II Kec. Simanindo-Onanrunggu.

Ia memilih Partai Nasdem karena menurutnya dipimpin oleh seorang pembaharu yang komit dengan NKRI dan anti korupsi. Bahkan Surya Paloh, para pemimpin dan kader di DPP hingga DPD sampai saat ini masih berintegritas dan komitmen bersih. Ia meyakini partai inilah salah satu partai yang bersih, tidak meminta mahar untuk mencalonkan atau dicalonkan, serta yang pertama kali mengusulkan Jokowi sebagai Capres kembali di 2019. 

“Saya tidak membayar sepeser pun mahar untuk menjadi caleg,” tegasnya bangga.
Keberanian untuk ikut bertarung menjadi caleg tersebut juga didorong keinginan mengubah pemahaman bahwa dalam pemilu, pemilih harus cerdas yakni memilih bukan karena dibayar atau bagi duit (wani piro, red), tidak membawa seseorang kedalam pencobaan (memaksa korupsi) dan menjadi tidak peduli.  
Restorasi memang harus ada yang memulai, yang terutama dari diri sendiri,” tegasnya.
 lagi.

Sebagai calon wakil rakyat, Melani Butarbutar menawarkan Program Pembangunan dan Pengembangan Pariwisata (ekonomi kreatif ) berbasis budaya dan agro-pertanian yang sangat erat dengan potensi yang dimiliki dapilnya. 

Program ini mencakup upaya membangun sumberdaya manusia menjadi masyarakat pariwisata yang handal dan berdaya saing dengan dijadikannya Geopark Kaldera Toba sebagai anggota Geopark Unesco Global (UGG).

Pengalamannya sebagai mantan Kadis Pariwisata dan Seni Budaya membuatnya melihat potensi budaya perlu dilestarikan dan dikembangkan bagi kelanjutan hidup masyarakat melalui pemanfaatannya dalam kepariwisataan.

Terkait pencalonannya sebagai caleg tersebut, Melani berharap bahwa pemilih tidak mengharapkan uang (pembeli suara) atau janji-janji kampanye. 
Tetapi pemilih yang mengharamkan transaksional dan janji proyek. "Pilihlah orang yang berintegritas, berpengalaman melayani dengan tulus ikhlas dan mau memberi perhatian," ujarnya.

Bagi Melani, menebar janji atau membagi bagi uang adalah kejahatan yang merusak demokrasi. 
“Makanya saya tidak berjanji kepada warga masyarakat, tetapi berjanji terhadap diri sendiri dalam hati dan kepada pemilik saya Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjadi berkat dan saluran berkat serta melayani sepenuh hati. Ingat, Persahabatan-persaudaraan jangan dinilai dengan uang atau harta,” pungkasnya tegas. 


(rel-ft)